BAB I
PENDAHULUAN
KEBUTUHAN
DAN PERHATIAN PADA EKONOMI PEMBANGUNAN
Dari perbedaan arti pembangunan ekonomi
dan ekonomi pembangunan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembangunan ekonomi
merupakan masalah yang dihadapi oleh negara berkembang. Perhatian masalah
tersebut baru dimulai sejak Perang Dunia II. Mulai dari masalah tersebut, para
ahli di berbagai bidang ilmu pengetahuan, pejabat dan badan-badan pemerintah
memberikan perhatian yang sangat besar berbagai aspek mengenai pembangunan
ekonomi.
Perkembangan
Perhatian Terhadap Pembangunan Ekonomi
Sesudah berakhirnya Perang Dunia II,
secara mendadak perhatian terhadap masalah-masalah dan issue mengenai
pembangunan ekonomi berkembang dengan pesat. Ada beberapa faktor yang dapat
dipandang sebagai penyebab bertambah meluasnya perhatian terhadap pembangunan
ekonomi di negara berkembang, diantaranya :
1. Keinginan Negara Berkembang untuk
Mengatasi Keterbelakangan Mereka
Setelah mencapai kemerdekaan, negara
berkembang mulai menekankan kepada usaha meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya dan bercita-cita untuk mengejar ketinggalan-ketinggalan mereka
dibanding pestasi kemajuan ekonomi yang dicapai negara bekas penjajah mereka.
Beberapa negara baru yang muncul setelah Perang Dunia II berakhir adalah India,
Pakistan, Srilanka, Myanmar Filipina, Indonesia, dan Korea. Pada tahun 1950-an
lebih banyak lagi daerah terjajah yang mencapai kemerdekaan seperti Malaysia,
Singapura, Brunei, dan berbagai negara di Afrika.
Beberapa negara tersebut bukan saja
merupakan negara yang relatif miskin, tetapi juga merupakan negara yang
menghadapi masalah penduduk yang serius –yaitu junlah penduduknya cukup besar
dan tingkat pertambahanny relatif tinggi. Dalam keadaan seperti itu, mewujudkan
pembangunan ekonomi merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak—yaitu untuk
mengatasi masalah pengangguran, menciptakan kesempatan kerja yang cukup besar
dari waktu ke waktu, meningkatkan pendapatan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Melalui pembangunan ekonomi diharapkan kemerdekaan dalam bidang
politik dapat dilengkapi dengan kegiatan perekonomian yang semakin berkembang
dan kesejahteraan masyarakat yang semakin meningkat.
2. Sebagai Usaha Membantu Mewujudkan
Pembangunan Ekonomi untuk Menghambat Perkembangan Komunisme
Dalam beberapa tahun sesudah Perang
Dunia II timbul perubahan yang sangat besar dalam pola percaturan politik
dunia. Paham komunisme telah melahirkan beberapa negara komunis baru. Rusia
merupakan negara komunis pertama (1917). Di Eropa, Jerman Timur berpisah dari
Jerman Barat dan menjadi negara komunis. Beberapa negara Eropa Timur lainnya
seperti Polandia, Hongaria, Cekoslovakia, Bulgaria dan Rumania dikuasai
pemerintah Komunis. Di Asia, Vietnam, korea Utara, dan Cina juga dikuasai oleh
pemerintah Komunis. Perubahan ini menimbulkan konflik ideology yang dikenal
sebagai Cold War atau “Perang Dingin”. Tetapi sejak akhir tahun 1980-an dan
awal tahun 1990-an, kebanyakan negara tersebut telah mengubah sistem
pemerintahan dan ekonominya menjadi seperti yang dijalankan negara-negara Barat.
Sedangkan Jerman Timur bergabung dengan Jerman Barat.
Semenjak berakhirnya Perang Dunia II,
“Perang Dingin” telah menimbulkan perubahan penting dalam hubungan antara
negara maju dan negara berkembang. Sebagai salah satu usaha untuk membendung
perkembangan komunisme, negara maju –terutama Amerika Serikat-- melakukan
berbagai usaha untuk mempercepat pembangunan di negara berkembang. Usahanya
yang pertama sesudah Perang Dunia II tertumpu kepada membantu memulihkan
perekonomian di berbagai negara di Eropa Barat dan Jepang. Bantuan Amerika
Serikat dalam membangun Korea, Taiwan, Thailand banyak dilandaskan kepada
pemikiran untuk membendung perluasan paham Komunisme di Asia. Dalam tahun
1950-an hingga tahun 1970-an Amerika Serikat juga memberi bantuan pembangunan
kepada negara-negara yang relatif netral (tidak pro-Komunis atau pro-Amerika
Serikat) –seperti India, Indonesia, Mesir, dan Ghana—untuk menjaga agar
negara-negara tetrsebut tidak berubah menjadi negara Komunis.
3. Sebagai Usaha untuk Meningkatkan
Hubungan Ekonomi
Bantuan negara maju kepada usaha
pembangunan ekonomi di beberapa negara berkembang sering juga merupakan suatu
alat untuk mempererat hubungan ekonomi di antara kedua negara tersebut. Hal ini
terutama dapat dilihat dengan nyata dalam hubungan negara berkembang dengan
negara bekas jajahannya –terutama di antara negara Inggris dan Perancis dengan
negara bekas jajahannya. Kedua negara ini masih mempunyai posisi yang istimewa
dengan negara-negara yang pernah menjadi jajahan mereka. Dengan adanya hak istimewa
tersebut, negara bekas jajahan masih dapat mengembangkan pasar untuk
hasil-hasil industri mereka. Di samping itu, negara bekas penjajah masih dapat
mempertahankan perusahaan-perusahaan yang telah beroperasi semenjak masa
penjajah. Walau bagaimanapun, persaingan di pasar internasional yang semakin
berkembang semenjak tahun 1980-an –yang datangnya terutama dari negara Asia
Timur (Jepang, Korea, Hong Kong, dan Taiwan dan akhir-akhir ini dari Cina),
mengurangi sifat hubungan yang istimewa tersebut.
4. Berkembangnya Keinginan untuk
Membantu Negara Berkembang
Satu faktor penting lain yang
meningkatkan usaha pembangunan di negara berkembang adalah usaha negara maju
untuk membantu negara berkembang secara keseluruhannya mengatasi masalah
pengangguran, kemiskinan, kekurangan modal, dan berbagai masalah serius lain
yang dihadapi.
Pada awal tahun 1950-an lebih kurang
tiga perempat penduduk dunia berada di negara berkembang dan taraf kemakmuran
mereka jauh lebih rendah dari negara maju. Keadaan ini menimbulkan minat
berbagai negara maju memberi bantuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di
negara berkembang.
Adanya keinginan untuk memberi bantuan
tersebut dapat dilihat dari sifat pinjaman atau bantuan lain yang diberikan.
Sebagian dari bantuan yang diberikan adalah dalam bentuk grant atau pemberian
–yang berarti negara berkembang yang menerimanya tidak perlu membayar kembali
nilai bantuan yang diberikan. Bantuan yang bersifat pemberian dapat berupa
bantuan dana, bantuan teknik dan tenaga ahli, bantuan penelitian, dan bantuan
dalam bentuk material seperti bahan makanan atau bantuan pembuatan
infrastruktur.
Bentuk lain dari usaha untuk membantu
negara berkembang adalah pemberian pinjaman dengan syarat yang relatif ringan.
Biasanya pinjaman yang diberikan untuk membiayai proyek pembangunan mempunyai
syarat yang jauh lebih ringan dari pinjaman komersil atau investasi biasa.
Sifat umum bantuan yang diberikan negara maju dan badan internasional adalah :
suku bunga pinjaman rendah;
grace period atau tenggang waktu untuk membayar
kembali pinjaman cukup lama; dan
masa untuk membayar kembali pinjaman
cukup panjang (20-30 tahun).
CAKUPAN
BAHASAN EKONOMI PEMBANGUNAN
Cakupan Ekonomi Pembangunan lebih luas
dari sekedar perubahan keadaan dari miskin ke kaya, dari ekonomi pedesaan tradisional
ke ekonomi perkotaan modern.
Pembangunan tidak hanya bersegi gagasan
mengenai perbaikan-perbaikan ekonomi semata melainkan juga mengenai harga diri
manusia, ketentraman, keadilan dan persamaan yang lebih tinggi.
Selain itu, tujuan suci pembangunan
ekonomi pertama-tama haruslah memperbaiki nasib kaum miskin di negara Dunia
Ketiga. Untuk mencapai tujuan suci ini, terdapat tiga tujuan yang lebih terinci
menaikkan pendapatan nasional (GNP)
riel;
meningkatkan produktivitas nasional; dan
pemerataan pendapatan untuk seluruh
masyarakat.
EVOLUSI
MAKNA PEMBANGUNAN
Pembangunan ekonomi menduduki peran yang
sangat penting bagi negara-negara di seluruh dunia,terutama setelah berakhirnya
Perang Dunia Kedua. Selama masa perang dunia kedua perhatian terhadap pembangunan
ekonnomi menurun. Kondisi peperangan yang melanda hampir seluruh dunia
menggeser perhatian kepada aktivitas politik dan militer, sehingga masalah
pembangunan ekonomi seolah tenggelam.
Setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua,
dimulai Perang Dingin antara dua kekuatan dunia dan perhatian dan bantuan
pembangunan ekonomi pun mulai diminati kembali walaupun sebagai perebutan
pengaruh. Namun kini pembangunan ekonomi suatu negara lebih ditekankan untuk
mensejahterakan masyarakatnya.
PEMBANGUNAN
EKONOMI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
A. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu ukuran
kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu
tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perkembangan
tersebut selalu dinyatakan dalam bentuk persentase perubahan pendapatan
nasional pada suatu tahun tertentu dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pendapatan nasional adalah nilai barang
dan jasa yang diproduksikan dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu –dan
secara konseptual nilai tersebut dinamakan produk domestik bruto (PDB). Nilai
tersebut dapat dihitung menurut harga yang berlaku dan harga tetap.
Dengan menghitung menurut harga tetap,
pendapatan nasional riil yang dihitung dari tahun ke tahun menggambarkan
perkembangan produksi barang dan jasa yang sebenarnya berlaku dalam
perekonomian. Dengan demikian, tingkat pertumbuhan ekonomi menggambarkan
mengenai perkembangan kegiatan ekonomi yang berlaku dalam suatu tahun tertentu.
Ia menggambarkan sampai di mana barang dan jasa telah bertambah pada suatu
tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
B. Pembangunan Ekonomi
Cara yang paling mudah untuk membedakan
arti pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi adalah dengan menggunakan
ungkapan berikut : ”Pembangunan Ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi ditambah
dengan perubahan”. Artinya, ada tidaknya pembangunan ekonomi dalam suatu negara
pada suatu tahun tertentu tidak saja diukur dari kenaikan produksi barang dan
jasa yang berlaku dari tahun ke tahun, tetapi juga perlu diukur dari perubahan
lain yang berlaku dalam berbagai aspek kegiatan ekonomi seperti perkembangan
pendidikan dan teknologi; peningkatan kesehatan, infrastruktur yang tersedia,
dan pendapatan; dan kemakmuran masyarakat.
Oleh karena pembangunan ekonomi meliputi
berbagai aspek perubahan dalam kegiatan ekonomi, tidak mudah diukur secara
kuantitatif. Untuk menunjukkan prestasi pembangunan yang dicapai suatu negara
diperlukan data pendapatan per kapita.
Data pendapatan per kapita (pendapatan
rata-rata penduduk) sebagai alat untuk mengukur tingkat kelajuan pembangunan
ekonomi dan taraf kemakmuran masyarakat, hingga saat ini data pendapatan per
kapita selalu digunakan untuk memberikan gambaran mengenai pembangunan ekonomi.
Oleh karena tidak terdapat alat pengukur
lain yang lebih sesuai, hingga saat ini ahli-ahli ekonomi masih menggunakan
data pendapatan per kapita untuk tujuan :
1. Menunjukkan secara kasar tingkat
kelajuan atau kecepatan pembangunan ekonomi yang dicapai pada suatu tahun.
Apabila tingkat pertumbuhan ekonomi
selalu rendah dan tidak melebihi tingkat pertambahan penduduk, pendapatan
rata-rata masyarakat (pendapatan per kapita) akan mengalami penurunan. Apabila
dalam jangka panjang pertumbuhan ekonomi sama dengan pertambahan penduduk, maka
perekonomian negara tersebut tidak mengalami perkembangan (stagnan) dan tingkat
kemakmuran masyarakat tidak mengalami kemajuan.
Dengan demikian, salah satu syarat
penting yang akan mewujudkan pembanngunan ekonomi adalah : tingkat (persentase)
pertumbuhan ekonomi harus melebihi tingkat pertambahan penduduk.
2. Membandingkan tingkat kemakmuran yang
dicapai berbagai negara
Dalam konteks ini diasumsikan tingkat
kemakmuran suatu negara direfleksikan oleh pendapatan rata-rata yang diterima
penduduknya. Semakin tinggi pendapatan tersebut, semakin tinggi daya beli
penduduk, dan daya beli yang bertambah ini meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
SEKILAS
TENTANG NEGARA BERKEMBANG
Negara berkembang terdiri dari
negara-negara yang tersebar di tiga benua, yaitu di Asia, Afrika dan Amerika
Latin. Dengan demikian mereka terdiri dari bangsa, golongan etnik, kepercayaan
dan keagamaan, kekayaan alam, kepadatan penduduk per daerah, dan bebrapa faktor
lain yang sangat berbeda. Namun demikian, terdapat beberapa persamaan penting
yang mempengaruhi keadaan perekonomian negara-negara tersebut. Beberapa ciri
yang sama, antara lain :
1. Tingkat Kemakmuran Relatif Rendah
Faktor-faktor yang mempengaruhi taraf
kemakmuran masyarakat meliputi keadaan perumahan yang didiami, ada tidaknya
aliran listrik dan fasilitas untuk memperoleh air bersih, keadaan infrastruktur
pada umumnya, dan tingkat pendapatan yang diperoleh.
Dari berbagai faktor di atas, pendapatan
yang diperoleh merupakan faktor terpenting. Jika pendapatannya rendah, bagian
yang cukup besar dari penduduk di negara berkembang menghadapi masalah berikut
:
- Masalah kekurangan gizi dan taraf
kesehatan yang rendah
- Kemiskinan masih meluas
- Taraf pendidikan masih rendah.
2. Produktivitas Pekerja Sangat Rendah
Produktivitas adalah tingkat produksi
yang dapat dihasilkan seorang pekerja per tahun. Dibangdingkan dengan tingkat
produktivitas tenaga kerja di negara maju, tingkat produktivitas di negara
berkembang masih sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh :
- Sebagian besar penduduk di negara berkembang
berada di sektor pertanian tradisional yang sering menghadapi masalah
pengangguran terselubung. Keberadaab pengangguran terselubung yang berarti
kelebihan tenaga kerja di sektor pertanian—akan menurunkan lagi produksi
rata-rata (produktivitas) pekerja.
- Kebanyakan usaha di sektor manufaktur
terdiri dari usaha keluarga, yang menggunakan mesin tradisional dan bersifat
padat karya.
-Sektor ekonomi, taraf pendidikan dan
kesehatan pekerja belum mencapai tahap yang diinginkan.
3. Tingkat Pertambahan Penduduk Sangat
Tinggi
Sesudah Perang Dunia, penemuan-penemuan
baru dalam bidang kesehatan dan pengobatan sangat mempengaruhi taraf kesehatan
penduduk dunia, termasuk di negara berkembang. Salah satu akibat dari
perkembangan ini, tingkat kematian semakin berkurang tetapi tingkat kelahiran
tidak mengalami perubahan. Dengan adanya sifat perubahan tingkat
kematian-tingkat kelahiran ini, tingkat pertambahan penduduk di negara
berkembang telah menjadi semakin pesat. Hal ini menimbulkan beberapa efek :
- Jumlah tanggungan dalam keluarga
semakin meningkat, tetapi pendapatan yang rendah memiliki keterbatasan
menanggung lebih banyak anggota keluarga
- Besarnya tanggungan tanpa pendapatan
yang memadai membatasi kemampuan keluarga untuk menyediakan dana untuk
pendidikan anak-anak.
- Pertambahan tenaga kerja sangat cepat
dan sering kali tidak diikuti oleh pertambahan kesempatan kerja yang sama
cepatnya.
4. Kegiatan Ekonomi Bersifat ”Dualistis”
Yang dimaksud dengan kegiatan ekonomi
yang bersifat ”dualistis” adalah ciri-ciri dalam suatu kegiatan ekonomi
tertentu atau dalam sektor tertentu yang menggunakan dua teknologi (modern dan
tardisional) yang sangat berbeda.
5. Kegiatan Ekonomi Tetap Terpusat di
Sektor Pertanian
Lebih setengah abad belakangan ini, di
beberapa negara berkembang telah terjadi perubahan kegiatan ekonomi yang sangat
drastis. Jika suatu negara berkembang kegiatan perekonomiannya masih bertumpu
pada sektor pertanian, itu artinya sebagian besar tenaga kerja berada di sektor
tersebut, dengan begitu bagian terbesar dari pendapatan nasional berasal dari
kegiatan pertanian dan hasil pertanian merupakan produk ekspor yang utama. Pada
saat ini keadaan telah berubah, baik ditinjau dari segi menyediakan kesempatan
kerja, mewujudkan pendapatan nasional dan sumber pendapatan ekspor, peranan
pertanian telah semakin merosot, sedangkan peranan sektor industri dan jasa
menjadi sangat penting.
6. Bahan Mentah Merupakan Ekspor
Terpenting
Dalam masa penjajahan, negara berkembang
banyak yang mengalami pembangunan sebagai akibat perkembangan daerah-daerah
tertentu yang memiliki kekayaan alam yang diperlukan oleh pasar dunia. Sebagai
contoh penemuan mobil memerlukan karet dan minyak. Kebutuhan ini mendorong
perkembangan beberapa kawasan di negara berkembang yang memiliki kekayaan minyak
bumi dan kontur tanah yang sesuai ditanami karet.
Dalam usaha untuk mengembangkan
ekonominya, berbagai negara berkembang berusaha menaikkan tingkat kemakmuran
masyarakatnya melalui pembangunan sektor industri. Di kebanyakan negara
berkembang sifat ekspornya tidak berubah, yaitu ekspornya terutama terdiri dari
bahan mentah dan komposisi ekspor bahan mentah ini sangat terbatas pula yaitu
hanya terdiri dari beberapa jenis barang saja.
BAB II
INDIKATO PEMBANGUNAN
Perlunya Indikator Pembangunan
Indikator pembangunan sangat berguna untuk menganalisis dan mengevaluasi
hasil-hasil pembangunan. Indicator pembangunan dapat memberikan gambaran
mengenail lajunya perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat dan corak
perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat yang terjadi di berbagai Negara.
Selain itu, indikator pembangunan dapat juga di pergunakan untuk mengetahui
syarat-syarat yang di perlukan oleh Negara sedang berkembang untuk menyamakan
tingkat kehidupannya dengan Negara maju.
Indikator Moneter
Indikator
Pembangunan Moneter :
1. Pendapatan
perkapita
Pendapatan
perkapita selain di gunakan sebagai indikator pembangunan dapat juga di pakai
untuk membedakan negara kaya dan miskin. Pendapatan perkapita dapat memberikan
gambaran tentang laju perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat.
2. indikator
kesejahteran ekonomi bersih (net economic welfare)
Diperkenalkan
William Nordhaus dan James Tobin (1972), menyempurnakan nilai-nilai GNP untuk
memperoleh indikator ekonomi yg lebih baik, dengan dua cara :
a) koreksi
positif :
memperhatikan
waktu senggang (leisure time) dan perekonomian sektor informal.
b) koreksi negatif :
memperhatikan
kerusakan lingkungan oleh kegiatan pembangunan. Dan biaya-biaya dari dampak
pembangunan belum di masukkan dalam GAP, sehingga biaya tersebut harus di
kurangkan dari GAP agar mendapat kesejahteraan ekonomi bersih.
INDIKATOR
SOSIAL
W. Beckerman melakukan survey mengenai
usaha-usaha yang telah dilakukan oleh beberapa pihak dalam membandingkan
tingkat kesejahteraan di berbagai negara.
Oleh Backerman dibedakan dalam 3
kelompok :
1. Usaha membandingkan tingkat
kesejahteraan masyarakat di dua negara dengan memperbaiki cara perhitungan
pendapatan nasional, dipelopori oleh Collin Clark dan Gilbert dan Kravis.
2. Penyesuaian dalam pendapatan masyarakat
dibandingkan dengan mempertimbangkan unsur perbedaan tingkat harga berbagai
negara.
3. Usaha untuk membandingkan indeks
tingkat kesejahteraan dari setiap negara berdasarkan data yang tidak bersifat
moneter (non monetary indicators).
Menurut Backerman cara yang paling
sempurna adalah cara yang dilakukan oleh Gilbert dan kravis. Beckerman
memberikan cara lain untuk membandingkan tingkat kesejahteraan masyarakat
diberbagai negara, yaitu dengan Indikator non moneter yg disederhanakan
(modified non-monetary indicators).
Indikatornya adalah data :
a. Jumlah konsumsi baja pertahun/kg
b. Jumlah konsumsi semen pertahun x 10
(ton)
c. Jumlah surat dalam negeri pertahun
d. Jumlah stock pesawat radio (x 10)
e. Jumlah telepon (x 10)
f. Jumlah stok berbagai jenis kendaraan
g. Jumlah konsumsi daging pertahun/kg
BAB III
TEORI TEORI PEMBANGUNAN DAN TAHAP TAHAP PERTUMBUHAN
EKONOMI
TEORI
PEMBANGUNAN EKONOMI
1. MASHAB HISTERISMUS ( FREDERICH LIST,
DLL )
Mazhab Historimus
Mazhab ini melihat pembangunan ekonomi
berdasarkan suatu pola pendekatan yang berpangkal pada perspektif sejarah.
FRIEDRICH
LIST
Menurut List sistem liberalisme yang
laissez-faire dapat menjamin alokasi sumberdaya secara optimal. Perkembangan
ekonomi sebenarnya tergantung pada peranan pemerintah, organisasi swasta, dan
lingkungan kebudayaan. Perkembangan ekonomi hanya akan terjadi jika dalam
masyarakat ada kebebasan dalam organisasi politik dan kebebasan perorangan.
List juga menegaska bahwa negara dan pemerintah harus melindungi kepentingan
golongan lemah di antara masyarakat.
Perkembangan ekonomi, menurut List
melalui 5 tahap yaitu,
a. Tahap Primitif
b. Tahap beternak
c. Tahap pertanian
d. Tahap pertanian dan industri
pengolahan
e. Tahap pertanian, indusrti pengolahan
dan perdagangan.
Bruno Hildebrant
Pemikiran Hildebrant selalu menekankan
evolusi dalam perekonomian masyarakat. Menurut Bruno perkembangan ekonomi
didasarkan pada cara distribusi, oleh karena itu ia mengemukakan 3 sistem
distribusi yaitu:
a. Perekonomian barter ( natural )
b. Perekonomian uang
c. Perekonomian kredit
Hildebrand ternyata tidak memberi
sumbangan yang berarti terhadap peralatan analistis di bidang ilmu ekonomi.
KARL
BUCHER
Pendapatnya merupakan sintesa dari
pendapat List dan Hildebrand. Menurut Bucher perkembangan ekonomi melalui 3
tahap, yaitu:
a. Produksi untuk kebutuhan sendiri (
subsisten )
b. Perekonomian kota dimana pertukaran
sudah meluas
c. Perekonomian nasional dimana peran
pedagang menjadi semakin penting
MASHAB
ANALITIS ( KLASIK, NEO KLASIK, KEYNEIAN )
Teori-teori perkembangan dari beberapa
penganut aliran Klasik diantaranya Adam Smith, David Ricardo, dan Thomas Robert
Malthus.
ADAM
SMITH
Menurut Adam Smith, untuk berlangsung
perkembangan ekonomi diperlukan adanya spesialisasi atau pembagian kerja agar
produktivitas tenaga kerja bertambah. Spesialisasi dalam proses produksi akan
dapat meningkatkan produksi akan dapat meningkatkan ketrampilan tenaga kerja,
dapat mendorong ditemukannya alat-alat atau mesin-mesin baru dan akhirnya dapat
mempercepat dan meningkatkan produksi. Sebelum adanya pembagian kerja harus ada
akumulasi kapital terlebih dahulu dan akumulasi kapital ini berasal dari dana
tabungan. Smith juga menitikberatkan pada “luas pasar”. Pasar harus seluas
mungkin dapat menampung hasil produksi, sehingga perdagangan internasional
menarik perhatiannya kerena hubungan perdagangan internasional itu menambah
luasnya pasar sehingga pasar terdiri dari pasar dalam negeri dan pasar luar
negeri.
Menurut Smith, sekali pertumbuhan itu
mulai maka bersifat kumulatif, artinya bila ada pasar yang cukup dan ada
akumulasi kapital, pembagian kerja akan terjadi dan akan menaikkan tingkat
produktivitas tenaga kerja. Kenaikan produktivitas akan menaikan penghasilan
nasional dan memperbesar jumlah penduduk. Jadi spesialisasi yang semakin besar
membutuhkan pasar yang semakin luas and dorongan untuk membuat alat-alat baru
makin bertambah. Dilain pihak naiknya produktivitas akan mengakibatkan tingkat
upah naik dan ada akumulasi kapital. Tetapi karena sumberdaya alam terbatas,
maka keuntungan maka keuntungan akan menurun karena berlakunya hukum
pertambahan hasil yang semakin berkurang. Pada tingkat inilah perembangan
mengalami kemacetan atau berhenti.
DAVID
RICARDO
Menurut David Ricardo ada tiga golongan
masyarakat yaitu: golongan kapitalis, golongan buruh dan golongan tuan tanah.
Golongan kapitalis adalah golongan yang memimpin produksi dan memegang peranan
yang penting karena mereka selalu mencari keuntungan dan menginvestasikan
kembali pendapatannya dalam bentuk akumulasi kapital yang mengakibatkan naiknya
pendapatan nasional lebih besar lagi. Contohnya: golongan buruh dan golongan
tuan tanah. Golongan buruh tergantung pada golongan kapitalisme dan merupakan
golongan yang terbesar dalam masyarakat. Golongan tuan hanya menerima sewa saja
dari golongan kapitalis atas areal tanah yang disewakan.
Menurut David Ricardo bila jumlah
penduduk bertambah terus dan akumulasi kapital terus menerus terjadi, maka
tanah yang subur menjadi kurang jumlahnya atau semakin langka. Akibatnya
berlaku hukum tambah hasil yang semakin berkurang. Selain itu ada persaingan
diantara kapitalis-kapitalis itu sendiri dalammenolah tanah ynag semakin kurang
kesuburannya dan akibatnya keuntungan mereka semakin menurun hingga sampai pada
tinkat keuntungan yang normal saja.
Dalam pendapatan nasional, tampak bahwa
upah dan sewa meningkat terus, sedangkan laba menurun dengan semakin
berkembangnya waktu. Dalam pendapatan perkapita, upah selalu tetap pada tingkat
batas, laba menurun dan sewa meningkat. Hal ini dikarenakan oleh semakin langkanya
sumberdaya tanah, sehingga sewa menjadi semakin mahal dan laba kurang.
Pendapatan nasional dibagi menjadi tiga
bagian yaitu upah, sewa, dan keuntungan, masing-masing untuk pendapatan tenaga
kerja (buruh), tuan tanah, dan kapitalis. Jadi maksud dari pembagian/penggolongan
itu adalah untuk mengetahui unsur pendapatan yang manakah yang paling besar
pengaruhnya terhadap perkembangan ekonomi.
David Ricardo juga membedakan antara
penerimaan bruto (gross revenue) dan penerimaan neto (net revenue). Penerimaan
bruto adalah nilai pasar dari barang-barang akhir yang dibuat dalam suwatu
waktu tertentu. Penerimaan neto adalah pendapatan (economic surplus) yang
memungkinkan adanya pertumbuhan selanjutnya. Adanya penerimaan bersih karena
buruh dapat menghasilkan sesuatu ynag melebihi suatu tingkat nilai yang
dibutuhkan untuk mempertahankan hidupnya. Jadi penerimaan neto yang menyebabkan
adanya perkembangan ekonomi apabila digunakan untuk akumulasi kapital. Bila
penerimaan neto ini berkurang karena berlakunya hukum pertambahan hasil yang
semakin berkurang berarti pembagian pendapatan menjadi lain bentuknya, sehingga
keuntungan yang diterima oleh kapitalis berkurang dan perkembangan selanjutnya
berhenti. Jadi penerimaan neto yang merupakan keuntungan ini akan semakin berkurang
karena tanah-tanah terbatas dan pemanfaatannya akan bergeser.
Thomas Robert Malthus
Menurut Malthus kenaikan jumlah penduduk
ang terus menerus merpakan unsur yang perlu untuk adanya tambahan permintaan.
Tetapi kenaikan jumlah penduduk tanpa dibarengi dengan kemajuan faktor-faktor
atau unsur-unsur perkembangan yang lain tentu tidak menaikan pendapatan dan
tidak menaikan permintaan. Dengan demikian tumbuhnya jumlah penduduk saja
justru akan menurunkan tingkat upah dan berarti memperendah biaya produksi.
Turunnya biaya produksi akan memperbesar keuntungan-keuntungan para kapitalis
dan mendorong mereka untuk terus berproduksi, tetapi keadaan ini sifatnya hanya
sementara, sebab permintaan efektif (effective demad) akan semakin berkurang
karena pendapatan buruh juga semakin berkurang
Aliran neo-klasik mempelajari tingkat
bunga yaitu harga modal yang menghubungkan nilai pad saat ini dan saat yang
akan datang. Pendapat neo-klasik mengenai perkembangan ekonomi dapat
diikhtisarkan sebagai berikut:
a. Adanya akumulasi capital merupakan
faktor penting dalam perkembangan ekonomi
Menurut neo-klasik, tingakat bunga dan
tingkat pendapatan menentukan tingginya tingkat investasi. Tingkat bunga
rendah, maka investasi akan tinggi dan sebaliknya. Kemajuan teknologi merupakan
salah satu faktor pendorong kenaikan pendapatan nasional. Perubahan teknologi
menurut neo-klasik adalah penemuan-penemuan baru yang mengurangi penggunaan
tenaga buruh atau relatif lebih bersifat “penghematan buruh” (labor saving)
daripada penghematan kapital (capital saving). Jadi kemajuan-kemajuan teknik
akan menciptakan permintaan yang kuat akan barang-barang kapital.
b. Perkembangan sebagai proses yang
gradual
Perkembangan merupakan proses yang
gredual dan terus menerus. Alfred Marshall menganggap bahwa perekonomian
sebagai suatu kehidupan organik yang tumbuh dan berkembang perlahan-lahan
sebagai proses yang gradual.
c. Perkembangan sebagai proses yang
harmonis dan kumulatif
Perkembangan sebagai proses yang
harmonis dan kumulatif ialah proses ini meliputi berbagai faktor dimana
faktor-faktor itu tumbuh bersama-sama. Marshal menggambarkan harmonisnya
perkembangan itu karena adanya internal economies dan external economies.
Intrnal economies timbul karena adanya kenaikan skala produksi yang tergantung pada
sumber-sumber dan efisiensi dari perusahaan. External economies tergantung pada
industri pada umumnya yang menyediakan kebutuhan-kebutuhan antar industri.
Internal economies merupakan hasil dari adanya mesin-mesin yang lebih luas,
managemen yang lebih baik dan sebagainya sehingga ada kenaikan poduksi.
External economies timbul karena kenaikan produksi pada umumnya dan ada
hubungannya dengan pekembangan pengetahuan dan kebudayaan selain itu meliputi
timbulnya industri-industri cabang yang saling membantu satu sama lain demi
kelancaran produksi, timbul fasilitas-fasilitas transpor dan perhubungan yang
modern. Marshal menekankan pada sifat saling ketergantungan dan kontemporer
dari perekonomian.
d. Optimis terhadap perkembangan ekonomi
Kalsik mengatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi akan macet karena terbatasnya sumber daya alam. Neo-klasik berpendapat
bahwa ada kemampuan manusia untuk mengatasi terbatasnya pertumbuhan itu dan
selalu akan ada kemajauan-kemajuan pengetahuan teknik secara gradual dan
kontinyu.
e. Aspek internasional perkembangan
ekonomi
TEORI
SCHUMPETER
Jalannya perkembangan ekonomi
Perkembangan ekonomi bukan merupakan
proses yang harmonis atau gradual, tetapi merupakan perubahan yang spontan dan
terputus-putus (discontinuous), yaitu gangguan-gangguan terhadap keseimbangan
yang telah ada. Perkembangan ekonomi disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan
terutama dalam lapangan industri dan perdagangan. Berproduksi berarti
mengkombinasikan bahan-bahan dan tenaga yang ada atau yang dapat dicapai menghasilkan
barang dengan metode lain (inovasi). Inovasi dapat berbentuk lima hal yaiu:
a. Mengemukakan atau mengenalkan
barang-barang baru, atau barang-barang yang berkualitas baru yang belum dikenal
oleh konsumen
b. Mengenalkan suatu metode produksi
yang baru
c. Penemuan sumber-sumber ekonomi baru
d. Menjalankan organisasi baru dalam
industri
Adanya kemungkinan inovasi perlu, tetapi
belum cukup mendorong perkembangan ekonomi. Maka untuk adanya perkembangan
ekonomi masih diperlukan pelaksanaan inovasi-inovasi yang dalam hal ini
dilakukan oleh wiraswasta. Neo-klasik menekankan penggunaan tabungan untuk
investasi. Sebaliknya menurut Schumpeter, perkembangan-perkembangan selanjutnya
tidak bersifat gradual, tetapi mengandung ketidakpastian dan resiko yang besar,
sehingga tidak dapat diperhitungjan dulu dan akan timbul keraguan dalam
mengembangkan usahanya. Menurut Schumpeter motif-moif wiraswasta untuk menaikan
keuntungan atau standar hidup untuk dapat menang dalam persaingan dan
memperoleh kedudukan monopoli. Kunci teori Schumpeter ialah untuk perkembangan
ekonomi faktor yang terpenting adalah wiraswasta (enterpreneur).
TEORI
KETERGANTUNGAN (DEPENDENCY)
Menurut Theotonio Dos Santos, Dependensi
(ketergantungan) adalah keadaan dimana kehidupan ekonomi negara – negara
tertentu dipengaruhi oleh perkembangan dan ekspansi dari kehidupan ekonomi
negara – negara lain, di mana negara – negara tertentu ini hanya berperan
sebagai penerima akibat saja. Negara – negara pinggiran yang pra-kapitalis
merupakan Negara – negara yang tidak dinamis, yang memakai cara produksi Asia
yang berlainan dengan cara produksi feodal Eropa yang menghasilkan kapitalisme.
Negara – negara pinggiran ini, setelah disentuh oleh kapitalis maju, akan
bangun dan berkembang mengikuti jejak Negara – negara kapitalis maju. Namun
terdapat kritikan mengenai teori tersebut, bahwa negara-negara pinggiran yang
pra-kapitalis mempunyai dinamika sendiri yang bila disentuh oleh Negara –
negara kapitalis maju, akan berkembang secara mandiri. Justru karena Negara –
negara kapitalis maju ini perkembangan Negara – negara pinggiran menjadi
terhambat.
Dos Santos menguraikan 3 bentuk
ketergantungan:
1. Ketergantungan Kolonial
Terjadi penjajahan dari negara pusat ke
negara pinggiran. Kegiatan ekonominya adalah ekspor barang-barang yang
dibutuhkan negara pusat. Hubungan penjajah – penduduk sekitar bersifat
eksploitatif.
2. Ketergantungan Finansial-Industrial:
Negara pinggiran merdeka tetapi kekuatan
finansialnya masih dikuasai oleh negara-negara pusat. Ekspor masih berupa
barang – barang yang dibutuhkan negara pusat. Negara pusat menanamkan modalnya
baik langsung maupun melalui kerjasama dengan pengusaha lokal.
3. Ketergantungan Teknologis-Industrial:
Bentuk ketergantungan baru. Kegiatan
ekonomi di negara pinggiran tidak lagi berupa ekspor bahan mentah untuk negara
pusat. Perusahaan multinasional mulai menanamkan modalnya di negara pinggiran
dengan tujuan untuk kepentingan negara pinggiran.
Meskipun demikian teknologi dan patennya
masih dikuasai oleh negara pusat. Dos Santos membahas juga struktur produksi
dari sebuah proses industrialis, bahwa:
1. Upah yang dibayarkan kepada buruh
rendah sehingga daya beli buruh rendah.
2. Teknologi padat modal memunculkan
industri modern, sehingga: Menghilangkan lapangan kerja yang sudah ada. Menciptakan
lapangan kerja baru yang jumlahnya lebih sedikit. Larinya keuntungan ke luar
negeri membuat ketiadaan modal untuk membentuk industri nasional sendiri. Oleh
sebab itu, kapitalisme bukan kunci pemecahan masalah melainkan penyebab
munculnya masalah ini.
Henrique Cardoso dengan gagasannya
“Associated-Dependent Development” menyatakan bahwa produksi dapat dilakukan di
Negara – negara pinggiran karena adanya perlindungan sistem paten. Selain itu
kebijakan proteksi dan bea masuk mendorong perusahaan multinasional untuk
membangun perusahaan di negara pinggiran. Meskipun demikian, industrialisasi di
negara pusat dan pinggiran tetap berbeda. Sifat – sifat industrialisasi di
negara pinggiran adalah sebagai berikut:
• Ketimpangan pendapatan yang makin
besar.
• Menekankan pada produksi barang –
barang konsumsi mewah dan bukan barang – barang yang dibutuhkan rakyat.
• Mengakibatkan utang yang semakin
tinggi jumlahnya dan menghasilkan kemiskinan.
• Kurang terserapnya tenaga kerja.
Peter Evans dengan gagasannya “Dependent
Development” menyatakan bahwa produksi sudah diserahkan ke negara pinggiran
karena adanya kemajuan teknologi dan menguatnya rasa nasionalisme negara
pinggiran. Dalam dependent development terjadi pembangunan industrialisasi di
negara pinggiran dengan kerjasama borjuis lokal, muncul perusahaan
multinasional raksasa, otak perusahaan tersebut berada di negara pusat dan
cabang – cabang yg ada di negara pinggiran hanya boleh mengambil keputusan
operasional di cabang tersebut.
Kerjasama antara pemerintah lokal dan
modal asing bersifat kerjasama ekonomi sehingga mendorong terjadinya proses
industrialisasi. Sedangkan kerjasama antara pemerintah dengan borjuis local
bersifat politis untuk mendapatkan legitimasi politik, kaitannya dengan
nasionalisme negara tersebut. Nasionalisme yg ada di negara pinggiran tidak
dimaksudkan untuk membuat negara tersebut menjadi mandiri tetapi sebagai alat
untuk memeras perusahaan multinasional tersebut.
Robert A. Packenham (1974), mengajukan
kritik atas teori ketergantungan dengan menyebutkan kekuatan teori
ketergantungan dan kelemahan teori ketergantungan.
Menurut Packenham, kekuatan teori
ketergantungan antara lain:
• Menekankan pada aspek internasional.
• Mempersoalkan akibat dari politik luar
negeri (industri terhadap pinggiran).
• Mengkaitkan perubahan internal negara
pinggiran dengan politik luar negeri negara maju.
• Mengaitkan antara analisis ekonomi
dengan analisis politik.
• Membahas antarkelas dalam negeri dan
hubungan kelas antarnegara dalam konteks internasional.
• Memberikan definisi yang berbeda
tentang pembangunan ekonomi (tentang kelas – kelas sosial, antardaerah dan
antarnegara).
Sedangkan kelemahan teori dependensi
antara lain:
• Hanya menyalahkan kapitalisme.
• Konsep kunci yang kurang jelas
termasuk istilah “ketergantungan”.
• Ketergantungan dianggap sebagai konsep
yang dikotomis.
• Tidak ada kemungkinan lepas dari
ketergantungan.
• Ketergantungan dianggap sebagai
sesuatu yang negatif.
• Ketergantungan tidak melihat aspek
psikologis.
• Ketergantungan menyepelekan konsep
nasionalisme.
• Teori Ketergantungan sangat normatif
dan subyektif.
• Hubungan antarnegara dalam teori
ketergantungan bersifat zero-sum game (kalau yang satu untung, yang lain rugi),
padahal kenyataannya tidak ada hubungan yang bersifat seperti itu.
• Karena konsepnya tidak jelas maka
tidak dapat diuji kebenarannya, sehingga teori ini menjadi tautologies (selalu
benar).
• Menganggap aktor politik sebagai
boneka dari kepentingan modal asing.
• Kajian yang kurang rinci dan tajam
akibatnya teori ini kurang dapat dipergunakan untuk menganalisis dengan tajam.
Teori ketergantungan dari John A Hobson.
menjelaskan imperialisme dan kolonialisme melalui motivasi keuntungan ekonomi.
Teori ini merupakan kelompok teori Gold, yang menjelaskan, bahwa terjadinya
imperialisme karena adanya dorongan untuk mencari pasar dan investasi yang
lebih menguntungkan. Ketika pasar dalam negeri telah jenuh atau pasar dalam
negeri terbatas, maka mereka mencari pasar baru di Negara – negara lain.
Menurut Vladimir Ilich Lenin, imperialisme merupakan puncak kapitalisme.
Kapitalisme yang semula berkembang dari kompetisi pasar bebas, mematikan
perusahaan – perusahaan lain dan memunculkan kapitalisme yang menguasai pasar.
Walaupun bentuknya pada jaman sekarang ini tidak menggunakan armada militer,
namun dampaknya tetap saja merugikan negara yang menjadi objek penanaman
investasi mereka.
Teori ketergantungan pada dasarnya
menyetujui, bahwa yang menjadi penyebab ketergantungan adalah kekurangan modal
dan kurangnya tenaga ahli. Tetapi faktor penyebabnya adalah proses imperialisme
dan neo imperialisme yang menyedot surplus modal yang terjadi di negara
pinggiran ke negara pusat. Akibat pengalihan surplus ini, negara pinggiran
kehilangan surplus utama yang dibutuhkan untuk membangun negerinya. Maka,
pembangunan dan keterbelakangan merupakan dua aspek dari sebuah proses global
yang sama. Proses global ini merupakan proses kapitalisme dunia. Di kawasan
yang satu, proses itu melahirkan pembangunan, di kawasan yang lain, menyebabkan
lahirnya keterbelakangan.
Keterbelakangan yang dialami oleh
negara-negara berkembang yang telah secara intensif mendapat bantuan dari
negara-negara maju menyebabkan ketidakpuasan terhadap asumsi – asumsi yang
dikemukakan oleh teori modernisasi. Keadaan ini menimbulkan reaksi keras dari
para pemerhati masalah – masalah sosial yang kemudian mendorong timbulnya teori
dependensi. Teori ini menyatakan bahwa karena sentuhan modernisasi itulah
Negara – negara dunia ke-tiga kemudian mengalami kemunduran (keterbelakangan), secara
ekstrim dikatakan bahwa kemajuan atau kemakmuran dari negara-negara maju pada
kenyataannya menyebabkan keterbelakangan dari Negara – negara lainnya (the
development of underdevelopment); siapa sebenarnya yang menolong dan siapa yang
ditolong ?. Andre Gunter Frank (1967) dianggap sebagai salah seorang tokoh
pencetus teori Dependensi ini mengatakan bahwa keterbelakangan justru merupakan
hasil dari kontak yang diadakan oleh Negara – negara berkembang dengan Negara –
negara maju.
Asumsi dasar dari teori Dependensi
mencakup: (1) Keadaan ketergantungan dilihat sebagai suatu gejala yang sangat
umum, berlaku bagi seluruh negara dunia Ketiga; (2) Ketergantungan dilihat
sebagai kondisi yang diakibatkan oleh ‘faktor luar’; (3) Permasalah
ketergantungan lebih dilihat sebagai masalah ekonomi, yang terjadi akibat
mengalirnya surplus ekonomi dari negara dunia Ketiga ke negara maju; (4)
Situasi ketergantungan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses
polarisasi regional ekonomi global; dan (5) Keadaan ketergantungan dilihatnya
sebagai suatu hal yang mutlak bertolak belakang dengan pembangunan.
Teori Dependensi ini bukannya tanpa
kekurangan, bahkan kritik yang dilomtarkan mungkin lebih banyak dari sanggahan
terhadap teori Modernisasi (Suwarsono-So, 1991: 137). Salah satu persoalan yang
luput dari perhatian teori Dependensi adalah kurangnya pembahasan tentang
kolonialisme yang pernah tumbuh subur dikebanyakan negara-negara berkembang.
Menurut perspeksif Dependensi, pemerintahan kolonial didirikan dengan tujuan menjaga
stabilitas pemerintahan jajahan, dan pemerintahan ini tidak akan pernah
dibentuk dengan tujuan untuk membangun negara pinggiran.
Dua orang pemerhati masalah pembangunan
di Indonesia, Sritua Arief da Adi Sasono (1984) berusaha melihat masalah pembangunan
ini dari sisi yang berbeda dengan apa yang dikembangkan Koentjaraningrat
sebelumnya; mereka menggunakan teori Dependensi untuk menjelaskan persoalan
pembangunan politikonomi Indonesia. Kajiannya dimulai dengan menguji kembali
warisan kolonial Belanda yang ditinggalkan; seperti kebanyakan analisa sejarah
yang lain tentang Indonesia, rentang weaktu kajian dimulai sejak
diberlakukannya sistem tanam paksa. Bagi mereka, pelaksanaan tanam paksa
dijadikan sebagai ‘pangkal tolak untuk melihat banguan struktural yang diwarisi
Indonesia pada waktu negara ini merdeka’ (Suwarsono-So, 1991: 131).
Arief dan Sasono berpendapat bahwa
sistem tanam paksa merupakan salah satu faktor terpenting yang bertanggung
jawab terhadap berkembang suburnya keterbelakangan dan kemiskinan di Indonesia;
selama masa tanam paksa tersebut telah terjadi pengalihan surplus ekonomi dari
Indonesia ke Belanda dalam jumlah yang sangat besar. Disamping itu tanam paksa
juga telah menjadikan semakin kecilnya jumlah petani yang berkecukupan, yang dengan
kata lain telah membantu memperbanyak kaum ‘proletariat desa’. Dalam proses
tanam paksa itu ternyata, fihak kolonial tidak ‘bekerja sendirian’, disini ada
keterlibatan pemerintah lokal dalam membantu ‘keberhasilan’ sistem tanam paksa.
‘Dalam proses eksploitasi ini telah terjalin aliansi antara pemerintah kolonial
Belanda di Indonesia …. Dan pihak – pihak penguasa feodal di Indonesia….’;
pertalian kerja sama yang demikian tidak sulit untuk terjadi, keadaan mana
membuat kaum aristokrat dan kaum feodal Indonesia memperoleh keuntungan
ekonomis’ sekalipun jika dicermati, amat jauh lebih kecil bila dibandingkan
dengan yang diterima oleh pemerintahan kolonial.
Dalam kajian kurun waktu yang berbeda
Arief dan Sasono mencoba menguji proses pembangunan Indonesia setelah era
kemerdekaan, khususnya pada masa pembangunan ekonomi pemerintahan orde baru;
obyek kajiannya menggunakan lima tolok ukur, yang akhirnya pada suatu
kesimpulan bahwa situasi ketergantungan dan keterbelakangan sebagian besar
telah atau sedang mewujud di Indonesia. Lima tolok ukur yang digunakan yaitu:
pertama, pertumbuhan ekonomi, pada masa
ini ditandai dengan semakin lebarnya perbedaan antara kelompok yang mampu dan
kelompok yang tidak mampu dengan ciri golongan miskin ternyata menjadi semakin
miskin; keadaan ini bisa terjadi karena hancurnya industri kecil di perdesaan
diserta dengan berkurangnya kesempatan kerja di sektor pertanian dengan tidak
diimbangi oleh timbulnya peluang kerja di sektor industri di perkotaan;
kedua, penyerapan tenaga kerja, Industri
yang dikembangkan dengan semangat teknologi padat modal ternyata ‘tidak banyak
menyerap tenaga kerja’, sementara sektor pertanian yang telah mengalami
derasnya proses mekanisasi tidak lagi mampu menampung tenaga kerja sebesar yang
pernah dimiliki pada masa sebelumnya. Dalam keadaan yang demikian, maka tenaga
kerja tidak memiliki pilihan lain yang tersedia, kecuali tterjun dalam pasar
tenaga kerja sektor jasa;
ketiga, proses industrialisasi, proses
industrialisasi yang terjadi di Indonesia merupakan proses industri subtitusi
impor yang dikembangkan memiliki sifat ketergantungan modal dan teknologi asing
yang tinggi, dengan demikian pertumbuhan ekonomi yang terjadi bukan merupakan
pertumbuhan ekonomi yang bersentrum kedalam negeri, dan tidak berdasar pada
dinamika yang ada;
keempat, pembiayaan pembangunan, karena
sifat pertumbuhan ekonomi yang dimiliki dan model industrialisasi yang dipilih,
mau tidak mau, hanya memiliki satu pilihan yaitu kebutuhan untuk selalu
memperoleh modal asing, fenomena yang jelas menggambarkan suatu ketergantungan
kepada fihak lain;
kelima, persediaan bahan makanan, bahwa
sampai akhir tahun 1970 ternyata bangsa Indonesia belum memiliki kemampuan
swasembada pangan, sehingga tidk mengherankan bila banyak dijumpai kebijaksanaan
yang mengarah pada pencapaian tujuan ini.
Satu hal yang menarik dalam kajian dari
masalah – masalah sosial adalah terbukanya kemungkinan berbagai disiplin ilmu
yang ternaung dalam rumpun ilmu – ilmu sosial untuk melakukan kajian terhadap
satu persoalan yang sama menurut kerangka pendekatan masing – masing obyek
perhatiannya. Terjadinya dinamika dalam masyarakat membuka dan mendorong
masing-masing disiplin ilmu untuk mendinamisir teori – teori yang telah
dikembangkannya, fenomena ini sebenarnya secara tidak lengsung sebagai
tanggapan dari pandangan Thomas Khun (1966) tentang paradigma ilmu pengetahuan
dalam “The Structure Of Scientific Revolution”. Banyaknya pendekatan terhadap
satu masalah yang selama ini sebenarnya memberikan keuntungan bagi perkembangan
ilmu sosial secara umum karena : (a) masalah itu dapat ditempatkan dan
diterangkan secara proporsional dan obyektif; (b) setiap bidang ilmu saling
berkontribusi dan melengkapi kekurangannya masing – masing; (c) teori-teori
yang berkembang dalam ilmu sosial menjadi semakin kokoh.
Bangsa Indonesia tidak bisa luput dari
fenomena pembangunan, cepat atau lambat, besar atau kecil, mudah atau sukar,
proses pembangunan ini perlu untuk dilakukan. Berbagai cara untuk mencapainya
diupayakan, yaitu dengan pemanfaatan secara optimal segala aspek sumber daya manusia
dan sumber daya alam yang ada, sehingga mempunyai peran penting dalam lingkup
lokal maupun global; sedemikian jauh jarak antara perbedaan tingkat kehidupan
antara masyarakat Indonesia dengan masyarakat negara maju lainnya, sehingga
‘harus’ dilakukan semacam ‘percepatan’ perubahan. Bahkan Alisyahbana menekankan
secara tegas, bahwa perubahan masyarakat Indonesia itu harus mengacu pada nilai
– nilai intelektualisme, individuliasme, egoisme, dan materialisme seperti yang
hidup pada masyarakat Barat, nilai – nilai mana yang dianggap ekstrim atau
bahkan tabu oleh sebagian besar warga masyarakat Indonesia. Analisa tentang
proses pembangunan itu tidak semudah pengerjaan di belakang meja dan menurut
alur logika saja, karena proses ini mengandung berbagai nilai – nilai dan
perkembangan yang sulit untuk diperhitungkan; fenomena mana yang menjadikan
kajian tentang masalah – masalah sosial tidak kering dan mati.
TEORI
PERTUMBUHAN LAINNYA
Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana
terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi
perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan
outputriil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan
ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi
menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang.
TEORI
PERTUMBUHAN EKONOMI
TEORI
ROSTOW
Teori tahap-tahap pertumbuhan ekonomi
yang dicetuskan oleh W.W Rostow yang pada mulanya dikemukakan sebagai suatu
artikel dalam economic journal dan kemudian dikembangkan lebih lanjut dalam
bukunya; The Stage Of Economic Growth. Menurut Rostow proses perkembangan
ekonomi dasar dapat dibedakan dalam lima tahap dan setiap negara di dunia dapat
digolongkan ke dalam salah satu dari kelima tahap pertumbuhan ekonomi yang
dijelaskannya. Kelima tahap pertumbuhan itu adalah ;
1. Masyarakat Tradisional (the
traditional society)
2. Prasyarat untuk lepas landas (the
precondition for take-off)
3. Lepas landas (take off)
4. Gerakan ke arah kedewasaan (the drive
to maturity), dan
5. Masa konsumsi tinggi (the age of high
mass consumption)
TEORI
FREDERICH LIST
Frederich List menguraikan pertumbuhan
ekonomi yang dialami suatu negara berdasarkan cara produksi (teknik produksi)
dan mata pencaharian masyarakat. Frederich List membagi pertumbuhan ekonomi ke
dalam tahapan yang bertingkat-tingkat seperti sebuah tangga sehingga disebut
“Stuffen Theorien” (teori tangga).
1) Masa berburu dan mengembara
Pada masa ini manusia memenuhi
kebutuhannya dengan berburu dan mengembara. Berburu dilakukan oleh laki-laki,
sedang perempuan bertugas mencari umbi-umbian, buah dan sayuran. Jika hewan dan
tumbuhan sebagai makanan telah habis di suatu tempat, mereka akan berpindah
(mengembara) ke tempat lain, demikian seterusnya. Pada masa ini belum ada
pertukaran, karena manusia hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
2) Masa beternak dan bertani
Pada masa ini manusia sudah mulai
menetap di suatu tempat, mereka memenuhi kebutuhan hidup dengan cara beternak
dan bertani. Binatang buruan yang diperoleh sebagian dipelihara untuk diambil
daging atau telurnya. Umbi-umbian, buah, sayuran dan tanaman lain yang disukai
ditanam agar suatu saat bisa dipanen dan dijadikan bahan makanan. Karena
tinggal menetap maka pada masa ini mulai timbul perkampungan atau desa-desa.
3) Masa bertani dan kerajinan
Pada masa ini, selain bertani manusia
sudah mulai mengembangkan kerajinan yang ada hubungannya dengan pertanian,
seperti pandai besi dan pertukangan. Kerajinan dikerjakan untuk memanfaatkan
waktu luang setelah mengerjakan pekerjaan bertani.
4) Masa kerajinan, industri dan
perniagaan
Pada masa ini, selain kerajinan manusia
juga telah melakukan kegiatan industri (mendirikan pabrik-pabrik) dan
perniagaan (perdagangan). Sehingga muncul kota-kota sebagai pusat industri dan
perdagangan. Pada masa ini ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan
yang cepat dan perdagangan tidak hanya bersifat nasional tetapi sudah bersifat
internasional, karena didukung oleh alat-alat transportasi.
TEORI HILDERBRAND
Pertumbuhan ekonomi berdasarkan alat
ukur yang digunakan dalam perdagangan.
Tahap pertumbuhan ekonomi menurut Bruno
Hildebrand :
a.
Masa perekonomian barter
b.
Masa perekonomian uang
c.
Masa perekonomian kredit
TEORI
KARL BUCHER
Karl Bucher menguraikan pertumbuhan
ekonomi suatu negara berdasarkan hubungan produsen dengan konsumen. Menurut
Karl Bucher, pertumbuhan ekonomi dibagi menurut tahap-tahap berikut:
1) Masa rumah tangga tertutup
Masyarakat berproduksi hanya untuk
memenuhi kebutuhan kelompok sendiri. Pada masa ini keluarga mereka masih sangat
sederhana. Oleh karena itu, kehidupan masih bersifat tertutup dan belum ada
pertukaran antar desa atau antar kelompok.
2) Masa rumah tangga kota
Pertumbuhan jumlah penduduk
mengakibatkan kelompok atau desa tidak dapat lagi memenuhi kebutuhannya
sendiri. Sehingga, timbul pertukaran antar desa yang disebut dengan
perdagangan. Pada masa ini, sebagian kelompok masyarakat membangun tempat
khusus sebagai pusat perdagangan dan industri yang disebut kota. Selanjutnya,
timbul hubungan dagang antara desa dengan kota.
3) Masa rumah tangga bangsa
(kemasyarakatan)
Sesuai perkembangan zaman, pertukaran
yang terjadi di satu kota sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan penduduknya.
Kadang-kadang suatu kota tidak dapat menghasilkan satu jenis barang dan barang
tersebut harus didatangkan dari kota lain, sehingga terjadilah kegiatan
perdagangan antar kota. Perdagangan ini meluas ke seluruh kota sehingga
terbentuk satu kesatuan masyarakat yang melakukan pertukaran perdagangan antar
kota dalam satu negara atau dalam satu bangsa.
4) Masa rumah tangga dunia
Pada masa ini, pertukaran atau
perdagangan sudah melewati batas-batas negara karena antar negara ternyata
saling membutuhkan. Perdagangan antar negara juga didukung dengan kemajuan
IPTEK yang memudahkan manusia berhubungan dengan negara lain.
TEORI
LEWIS
DUAL-SECTOR MODEL Sir W. Arthur Lewis
Sir William Arthur Lewis, official Nobel Prize photo The dual-sector model is a
model in developmental economics. It is commonly knownas the Lewis model after
its inventor Sir William Arthur Lewis, winner of the Nobel MemorialPrize in
Economics in 1979. It explains the growth of a developing economy in terms ofa
labour transition between two sectors, the capitalist sector and the subsistence
sector.HISTORY Initially the dual-sector model as given by W.A Lewis was
enumerated in his articleentitled "Economic Development with Unlimited
Supplies of Labor" written in 1954 by SirArthur Lewis, the model itself
was named in Lewiss honor. First published in The ManchesterSchool in May 1954,
the article and the subsequent model were instrumental in laying thefoundation
for the field of Developmental economics. The article itself has been
characterized bysome as the most influential contribution to the establishment
of the discipline.
Model Pertumbuhan Sektor Moden Di Sebuah
Ekonomi Lebihan Buruh 2 Sektor.
Model tersebut mengandaikan ekonomi
membangun ketika itu berlaku lebihan buruhyang kurang produktif dalam sektor
pertanian. Buruh-buruh tersebut lebih tertarik denganpertumbuhan sektor
industri yang menawarkan upah yang lebih tinggi Ia juga mengandaikanupah yang
ditawarkan oleh sektor indutri adalah lebih tinggi atau kurang tetap. Pengusaha
dalamsektor industri mendapat untung kerana mereka mengenakan harga yang lebih
tinggi berbandingkadar upah yang tetap. Model tersebut mengandaikan untung
tersebut akan dilabur semula dalampelaburan sebagai modal yang tetap. Sektor
tradisional yang mempunyai penduduk terlalu banyak, MP buruh = 0
yangmembenarkan Lewis mengklasifikasikan sebagai lebihan tenaga buruh dengan
anggapan ia bolehdikeluarkan tanpa menjejaskan output. Semua pekerja luar
bandar berkongsi output secarasaksama supaya upah benar di luar bandar
ditentukan oleh purata dan bukannya marginal produkburuh seperti dalam sektor
moden. Kemudian, sektor moden yang mempunyai produktiviti tinggidi mana buruh
dari sektor sara diri beransur-ansur dipindahkan. Fokus utama model ini
ialahproses perpindahan penduduk dan pertambahan output dalam sektor moden.
Kedua-dua prosesini disebabkan pertambahan output dalam sektor moden.
Kelajuannya disebabkan kadarpelaburan industri dan pengumpulan modal dalam
sektor moden. Pelaburan mungkin disebabkanlebihan keuntungan sektor moden yang
melebihi upah dengan andaian kapitalis melabur semulasemua keuntungan. Lewis
mengandaikan upah di bandar perlu lah 30% lebih dari pendapatanpurata luar
bandar untuk mendorong pekerja pindah.
Rajah sebelah kanan atas menunjukkan
bagaimana pengeluaran barang semakinbertambah dengan peningkatan input tenaga
buruh. TPA bagi barang ditentukan dalam perubahanjumlah satu input berubah
iaitu buruh (LA), kuantiti modal tetap (KA), dan teknologi tidakberubah (TA).
Rajah sebelah kanan bawah kita mendapat keluk APLA dan MPLA yang berasaldari
keluk TP. Lewis membuat 2 andaian tentang sektor tradisional iaitu terdapat
lebihan tenagaburuh dengan anggapan MPLA = 0, yang kedua semua kerja luar
bandar berkongsi output secarasaksama supaya upah benar di luar bandar
ditentukan oleh purata dan bukannya MPL. Rajah sebelah kiri atas menggambarkan
keluk TP bagi sektor moden. Jumlah produkadalah fungsi kepada input berubah
buruh (LM), stok modal (KM) dan teknologi (tM). Dalammodel Lewis, stok modal
dalam sektor moden dibenarkan meningkat akibat dari pelaburansemula keuntungan
oleh kapitalis industri. Ini menyebabkan keluk TP rajah bahagian atas beralih
ke atas dari TPM (KM1) ke TPM (KM2) dan
TPM(KM3). Wn dalam rajah bahagian kiri bawah adalahupah sebenar dalam sektor
moden. Pada tingkat upah ini penawaran buruh diandaikan menjaditidak terhad
atau anjal sempurna seperti ditunjuk WMSL. Dengan kata lain andaian Lewis
bahawapada upah di bandar WM berada di atas pendapatan purata luar bandar WA,
majikan sektormoden boleh mengambil sebanyak mana lebihan pekrja luar bandar
tanpa bimbang terhadappeningkatan upah. Jumlah output sektor moden TPM1
ditunjuk oleh kawasan berlorek 0M1FL1, untung yangdilabur semula WMM1F, Upah
yang akan dibayar kepada pekerja adalah sebanyak 0WMFL1. Olehsebab Lewis
mengandaikan semua keuntungan dilaburkan semula, jumlah stok modal dalamsektor
moden akan meningkat dari KM1 ke KM2 di mana ia mempengaruhi kenaikan dalam
kelukpermintaan MP buruh. Peralihan keluar keluk permintaan ditunjuk oleh garis
D2 (KM2) dirajahbahagian kiri bawah. Satu keseimbangan baru tahap pengambilan
pekerja di sektor modendibuktikan di titik G denganpengambilan buruh di L2.
Jumlah output meningkat kepada TPM2atau 0M2GL2 sementara upah yang akan diberi
kepada pekerja sebanyak OWMGL2 dankeuntungan yang akan dilabur semula WMM2G.
Dan proses ini akan berterusan sehinggakesemua keuntungan habis dilabur.
TEORI
RANIS DAN FEI
Teori pertumbuhan ekonomi Ranis-Fei,
seperti dapat disimpulkan dari namanya, di kembangkan oleh dua orang ahli
ekonomi, yaitu Gustav Ranis jan John Fei. Teori tersebut pertamakali di
kemukakan dalam tulisan mereka yang berjudul A Theory of Economic Growth, yang diterbitkan dalam American Economic
Review; dan selanjutnya disempurnakan dan dilengkapi lagi dalam buku mereka,
Development of the labour Surplus Economy.
Teori Ranis dan Fei di maksudkan sebagai
teori pertumbuhan untung Negara yang
menghadapi masalah kelebihan penduduk sehingga menghadapi masalah
pengganguran serius, dan kekayaan alam yang tersedia dapat dikembangkan sangat
terbatas. Selain itu analisis Ranis dan Fei lebih banyak di berikan kepada
perubahan – perubahan yang terjadi di sector pertanian. Model pertumbuhan
ekonomi Ranis dan Fei secara lebih terperinci menunjukan pengaruh dari
perubahan produktivitas tenaga kerja di sector kapitalis atau sector modern kepada
corak proses pembangunan, akan tetapi juga menunjukan akibat kemajuan tingkat
produktivitas kegiatan – kegiatan di sector pertanian terhadap pembangunan
ekonomi yang akan tercipta. Analisis Ranis – Fei juga menunjukan pengaruh dari pertambahan
penduduk terhadap proses pertumbuhan ekonomi, pengaruh system pasar terhadap
interaksi di antara sector pertanian dan industry dan jangka masa.
BAB IV
STRATEGI PERTUMBUHAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
KEBIJAKAN
EKONOMI DALAM NEGRI
Paket kebijakan ekonomi pemerintah Dalam
Negeri pada Tahun 2008-2009 yang tertuang dalam Inpres Nomor 5 tahun 2008
tentang Fokus Program Ekonomi 2008-2009 memuat berbagai kebijakan ekonomi yang
dapat dikelompokkan ke dalam 8 bidang. Salinan Inpres Nomor 5 tahun 2008 yang
diperoleh di Jakarta, Selasa, menyebutkan, 8 bidang itu adalah kebijakan
perbaikan iklim investasi, kebijakan ekonomi makro dan keuangan, kebijakan
ketahanan energi, dan kebijakan sumber daya alam, lingkungan dan pertanian.
Inpres menginstruksikan kepada 29 pejabat
mulai dari menteri hingga bupati/walikota untuk mengambil langkah-langkah yang
diperlukan dalam rangka pelaksanaan Fokus Program Ekonomi tahun 2008-2009.
Pelaksanaan Fokus Program Ekonomi 2008-2009 itu dalam rangka meningkatkan
pertumbuhan ekonomi nasional, menjaga kelestarian sumber daya alam, peningkatan
ketahanan energi dan kualitas lingkungan, dan untuk pelaksanaan komite dalam
rangka menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN.
KEBIJAKAN
EKONOMI LUAR NEGRI
Kebijakan luar negeri suatu negara, yang
juga disebut kebijakan hubungan internasional, adalah serangkaian sasaran yang
menjelaskan bagaimana suatu negara berinteraksi dengan negara lain di
bidang-bidang ekonomi, politik, sosial, dan militer serta dalam tingkatan yang
lebih rendah juga mengenai bagaimana negara berinteraksi dengan
organisasi-organisasi non-negara. Interaksi tersebut dievaluasi dan dimonitor
dalam usaha untuk memaksimalkan berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari
kerjasama multilateral internasional. Kebijakan luar negeri dirancang untuk membantu
melindungi kepentingan nasional, keamanan nasional, tujuan ideologis, dan
kemakmuran ekonomi suatu negara. Hal ini dapat terjadi sebagai hasil dari
kerjasama secara damai dengan bangsa lain, atau melalui eksploitasi. Biasanya,
tugas menciptakan kebijakan luar negeri adalah wewenang kepala pemerintahan dan
menteri luar negeri (atau jabatan yang setara). Di beberapa negara, lembaga
legislatif juga memiliki hak pengawasan yang cukup.
STRATEGI
UPAYA MINIMUM
Harvey Leibenstein menyatakan bahwa
sebagianbesar NSB dicekam oleh lingkaran setan kemiskinan(vicious circle od
proverty) yang membuat mereka tetapberada pada tingkat keseimbangan pendapatan
perkapitayang rendah. Jalan keluar dari kebuntuaan ini adalahdengan melakukan
suatu upaya minimum kritis tertentu yang akan menaikkanpendapatan perkapita
pada tingkat di mana pembangunanyang berkesinambungan akan terjadi.Leibenstein
mengatakan bahwa dalam tahap transisi darikeadaan keterbelakangan ke keadaan
yang lebih maju dimana kita dapat mengharapkan pertumbuhan jangkapanjang yang
mantap diperlukan suatu kondisi dimana suatu perekonomian harus mendapatkan
rangsangan pertumbuhan lebih besar diatas batas minimum kritis tertentu.
STRATEGI
PEMBANGUNAN SEIMBANG
Strategi pembangunan seimbang bisa
diartikandengan pembangunan berbagai jenis industri secaraberbarengan
(simultaneous) sehingga industri saling menciptakan pasar bagi yang lain.
Selain itu, strategi pembangunan seimbang ini dapat juga diartikan sebagai
keseimbangan pembangunan di berbagai sektor, Misalnya antara sektor industri
dan sektor pertanian, sektor luar negeri, sektor domestik dan antara sektor
produktif, singkatnya strategi pembangunan seimbang ini mengharuskan adanya
pembangunan yang serentak dan harmonis di berbagai sektor ekonomi sehingga
semua faktor tumbuh bersama.
Untuk ini diperlukan keseimbangan antara
sisi permintaan dan sisi penawaran. Sisi penawaran memberikan tekanan pada
pembangunan serentak dari semua sektor yang saling berkaitan dan berfungsi
meningkatkan penawaran barang. Ini meliputi pembangunan serentak dan harmonis
dari barang setengah jadi, bahan baku, sumber daya energi, pertanian dan
pengairan. Pemnabgunan seimbang ini biasanya dilaksanakan dengan maksud menjaga
agar proses pembangunan tidak menghadapi hambatan – hambatan dalam:
Memperoleh bahan baku, tenaga ahli,
sumber daya energi (air dan listrik, fasilitas untuk mengangkut hasil produksi
ke pasar,
Memperoleh pasar untuk barang-barang
yang telah dan akan diproduksikan
Jika kita akan melaksanakan pembangunan
seimbang, maka tingkat investasi yang harus dilakukan besarnya jauh melebihi
tingkat investasi yang dilakukan pada sebelum usaha pemnbangunan dilakukan.
Oleh karena itu, strategi pembangunan seimbang disebut pula teori dorongan
besar besaran (big push theory).
STRATEGI
PEMBANGUNAN TAK SEIMBANG
Strategi pembangunan tak seimbang
ditemukan oleh Albert O. Hirshman dan Paul Streeten. Menurut mereka,
pembangunan tak seimbang adalah pola pembangunan yang lebih cocok untuk
mempercepat proses pembangunan di NSB. Pola pembangunan ini menurut Hirshman,
berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
Secara historis pembangunan ekonomi yang
terjadi coraknya tidak seimbang.
Untuk mempertinggi efisien sumber daya –
sumber daya yang tersedia.
Pembangunan tak seimbang akan
menimbulkan kemacetan atau gangguan – gangguan dalam proses pembangunan tetapi
akan menjadi pendorong bagi pembangunan selanjutnya
BAB V
PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI
PENGERTIAN,
UNSUR DAN FUNGSI PERENCANAAN
Dalam proses manajemen, yang menjadi
titik awalnya adalah perencanaan. Jadi perencanaan sebagai awal kita melakukan
proses manajemen sebelum kita melakukan pengorganisasian, pengarahan, dan
pengontrolan.
Menurut George R. Terry perencanaan
adalah: “planning is the selecting and relating of fact and the making and
using of assumption regarding the future in the visualization and formulating
of proposed activities believed necessary to achieve desired result”.
Dalam pengertian tersebut bisa kita
simpulkan antara lain:
1. Perencanaan
merupakan kegiatan yang harus didasarkan pada fakta, data dan keterangan
kongkret.
2. Perencanaan
merupakan suatu pekerjaan mental yang memerlukan pemikiran, imajinasi dan
kesanggupan melihat ke masa yang akan datang.
3. Perencanaan
mengenai masa yang akan datang dan menyangkut tindakan-tindakan apa yang dapat
dilakukan terhadap hambatan yang mengganggu kelancaran usaha.
Pada intinya perencanaan dibuat sebagai upaya
untuk merumuskan apa yang sesungguhnya ingin dicapai oleh sebuah organisasi
atau perusahaan serta bagaimana sesuatu yang ingin dicapai tersebut dapat
diwujudkan melalui serangkaian rumusan rencana kegiatan tertentu.
2.
Fungsi Perencanaan
Robbins dan Coulter menjelaskan fungsi
dari perencanaan sebagai berikut:
1. Perencanaan
sebagai Pengarah
Perencanaan merupakan upaya untuk meraih
atau mendapatkan sesuatu secara lebih terkoordinasi. Dalam hal ini perencanaan
adalah sebagai pengarah atau guide dalam usaha untuk mencapai tujuan secara
lebih terkoordinasi dan terarah.
2.
Perencanaan sebagai Minimalisasi Ketidakpastian
Pada dasarnya di dunia ini tidak ada
yang tidak mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi membawa
ketidakpastian bagi organisasi. Kadang perubahan tersebut sesuai dengan apa
yang kita inginkan akan tetapi tidak jarang perubahan tersebut tidak sesuai
dengan apa yang kita inginkan. Ketidak pastian inilah yang harus
diminimalisasikan, dengan adanya perencanaan, ketidak pastian yang akan terjadi
di kemudian hari diantisipasi sebelumnya.
3.
Perencanaan sebagai Minimalisasi Pemborosan Sumber Daya
Setiap organisasi pasti membutuhkan
sumber daya, dengan adanya perencanaan, sebuah organisasi di awal sudah
melakukan perencanaan mengenai penggunaan sumber daya sehingga diharapkan tidak
terjadi pemborosan dalam hal penggunaan sumber daya yang ada sehingga
organisasi tersebut bisa meningkatkan tingkat efisiensinya.
4.
Perencanaan sebagai Penetapan Standar dalam Pengawasan Kualitas.
Perencanaan berfungsi sebagai penetapan
standar dalam pengawasan kualitas yang harus dicapai oleh organisasi dan
diawasi pelaksanaannya dalam fungsi pengawasan manajemen. Dalam perencanaan,
perusahaan menentukan tujuan dan rencana-rencana untuk mencapai tujuan
tersebut. Dalam pengawasan, perusahaan berusaha membandingkan antara tujuan
yang telah ditetapkan dengan realita di lapangan, dan mengevaluasi penyimpangan-penyimpangan
yang mungkin terjadi, sehingga bisa mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan
untuk memperbaiki kinerja perusahaan.
3. Persyaratan Perencanaan
Suatu perencanaan yang baik tentunya
harus dirumuskan. Perencanaan yang baik paling tidak memiliki berbagai
persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu faktual atau realistis, logis dan
rasional, fleksibel, komitmen, dan komprehensif.
Faktual atau realistis. Artinya bahwa
perencanaan yang akan ditetapkan oleh organisasi harus sesuai dengan fakta dan
kondisi tertentu yang akan di hadapi oleh organisasi.Logis dan rasional.
Artinya bahwa perencanaan yang akan dirumuskan dapat diterima oleh akal (logis)
dan rasional sehingga dapat di dilaksanakan.
Fleksibel. Artinya bahwa perencanaan
yang baik bersifat fleksibel dan tidak kaku. Perencanaan tersebut harus bisa
beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi dimasa mendatang.Komitmen.
Perencanaan yang baik harus merupakan dan melahirkan komitmen terhadap seluruh
anggota organisasi untuk dapat bersama-sama berupaya mewujudkan tujuan
organisasi. Komprehensif. Artinya bahwa perencanaan yang baik harus menyeluruh
dan mengakomodasi aspek-aspek yang terkait langsung maupun tidak langsung
terhadap organisasi. Perencanaan yang baik tidak hanya terkait dengan satu
bagian saja, akan tetapi juga mempertimbangkan koordinasi dan integrasi dengan
bagian lain dalam organisasi tersebut.
4.
Jenis Perencanaan
Perencanaan mencakup banyak variasi
antara lain:
(1) Misi atau Maksud (Mission atau
Purpose)
Di dalam masyarakat, setiap entitas
mempunyai peran sendiri. Peranan tersebut kemudian menentukan misi atau maksud
dari keberadaan mereka dalam masyarakat tersebut. Kalau mereka tidak mempunyai
misi atau maksud keberadaan, maka entitas tersebut tidak akan mempunyai eksistensi
dalam suatu masyarakat. Misi entitas bisnis biasanya memproduksi dan/atau
mendistribusikan barang atau jasa ekonomis
(2)
Tujuan
Tujuan merupakan hasil akhir dimana
aktivitas atau kegiatan organisasi diarahkan atau ditujukan. Tujuan merupakan
rencana organisasi yang paling dasar. Suatu organisasi secara keseluruhan
mempunyai suatu tujuan, kemudian bagian-bagian dalam organisasi tersebut juga
mempunyai tujuan masing-masing, akan tetapi tujuan dari masing-masing bagian
tersebut harus menyumbang atau mendukung tujuan organisasi secara keseluruhan.
(3) Strategi
Strategi merupakan rencana umum/pokok
untuk mencapai tujuan organisasi melalui alternatif pemilihan tindakan yang
diperlukan dan alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan
tersebut.
(4) Kebijakan
Kebijakan juga merupakan rencana karena
merupakan pernyataan atau pemahaman umum yang membantu mengarahkan pengambilan
keputusan, khususna cara berfikirnya bukan aksinya. Seringkali kebijakan
merupakan pernyataan tidak tertulis.
(5) Prosedur
Prosedur juga merupakan rencana karena
menetapkan cara penanganan suatu aktivitas di masa mendatang. Prosedur lebih
mengarahkan tindakan, bukannya mengarahkan cara berpikir. Prosedur menjelaskan
secara detail bagaimana suatu aktivitas harus dilakukan.
(6)
Aturan
Aturan merupakan rencana yang dipilih
dari beberapa alternatif, dan harus dilakukan, atau tidak dilakukan. Aturan
mengharuskan tindakan tertentu yang spesifik dikerjakan, atau tidak dikerjakan,
tergantung situasi yang dihadapi. Aturan berkaitan dengan prosedur karena
aturan mengarahkan tindakan, tetapi tidak menyebutkan urutan waktu.
(7)
Program
Program merupakan jaringan yang kompleks
yang terdiri dari tujuan, kebijakan, prosedur, aturan, penugasan,
langkah-langkah yang harus dilakukan, alokasi sumber daya dan elemen lain yang
harus diakukan berdasarkan alternatif tindakan yang dipilih. Biasanya modal dan
anggaran dipakai untuk mendukung program.
(8) Anggaran
Anggaran adalah merupakan rencana yang
dinyatakan dalam angka-angka. Anggaran disamping merupakan alat perencanaan,
juga merupakan alat pengendalian.
5. Proses Perencanaan
Proses perencanaan bisa dilihat pada
bagan berikut:Proses perencanaan dimulai dengan mempelajari lingkungan
eksternal organisasi, kemudian dilanjutkan dengan misi, turun lagi ke tujuan
organisasi. Tujuan organisasi merupakan kunci efektivitas organisasi.
Tujuan mempunyai beberapa fungsi:
(1)
Tujuan memberikan dan menyatukan arah kemana organisasi harus bergerak.
(2)
Tujuan dan proses penetapan tujuan akan mempengaruhi perencanaan.
(3)
Tujuan dapat berfungsi sebagai alat motivasi karyawan.
Berdasarkan tujuan organisasi,
perencanaan dapat dikelompokkan ke dalam 3 jenis perencanaan, yaitu:
(1)
Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis merupakan rencana
jangka panjang (lebih dari 5 tahun) untuk mencapai tujuan strategis. Fokus
perencanaan ini adalah organisasi secara keseluruhan. Rencana strategis dapat
dilihat sebagai rencana secara umum yang menggambarkan alokasi sumberdaya,
prioritas, dan langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan strategis. Tujuan
strategis biasanya ditetapkan oleh manajemen puncak.
(2)
Perencanaan Taktis
Perencanaan taktis ditujukan untuk
mencapai tujuan taktis, yaitu untuk melaksanakan bagian tertentu dari rencana
strategis. Rencana ini mempunyai jangka waktu yang lebih pendek (1 – 5 tahun)
dibandingkan dengan rencana strategis. Perencanaan taktis biasanya di buat oleh
manajemen puncak dan manajemen menengah.
Tujuan taktis biasanya diturunkan dari
tujuan strategis. Sebagai contoh, suatu perusahaan mempunyai rencana strategis
menstabilkan suplai bahan baku. Rencana taktis kemudian dikembangkan melalui
pembelian bahan baku dari perusahaan pensuplai bahan baku.
(3)
Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional diturunkan dari
perencanaan taktis, mempunyai fokus yang lebih sempit, jangka waktu yang lebih
pendek (kurang dari 1 tahun) dan melibatkan manajemen tingkat bawah.
Ada 2 jenis rencana operasional:
a.
Rencana Tunggal (sekali pakai)
Rencana tunggal adalah rencana yang
dilakukan sekali pakai, sebagai contoh ketika perusahaan merencanakan ekspansi,
pembuatan pabrik baru, penarikan tenaga kerja baru dan lainnya.
b.Rencana Standing
Rencana standing adalah rencana yang
bisa dipakai berulang-ulang. Rencana standing bisa menghemat waktu dan tenaga
karena rencana ini bisa diterapkan pada situasi yang sama.
6. Perencanaan Situasional
Perencanaan situasional merupakan
perencanaan yang memasukkan alternatif perencanaan yang berbeda. Dapat
dikatakan perencanaan situasional adalah perencanaan cadangan, apabila rencana
A tidak berhasil karena adanya sebab-sebab tertentu maka rencana B dapat
dilaksanakan.
Tahap pertama adalah melakukan
perencanaan seperti biasanya, yang kemudian dikembangkan dengan
mempertimbangkan kejadian-kejadian situasional. Dalam tahap kedua, perencanaan
dilaksanakan, kejadian situasional secara formal diidentifikasikan/dirumuskan.
Indikator kejadian situasional dirumuskan/ditentukan. Jika indikator tersebut
menunjukkan terjadinya kejadian situasional, alternatif rencana situasional
dilakukan. Jika tidak ada kejadian situasional, perencanaan yang semula yang
dilakukan.
Kejadian situasional yang dipilih
merupakan kejadian yang diperkirakan mempunyai efek (dampak) yang paling serius
terhadap pelaksanaan rencana organisasi. Perencanaan situasional terutama
bermanfaat untuk organisasi dengan lingkungan yang dinamis, dimana
ketidakpastian dan perubahan merupakan fenomena yang umum dalam lingkungan
tersebut.
7. Beberapa Alat Bantu Bagi Perencanaan
Beberapa alat analisis atau model yang bisa
dipergunakan untuk membantu proses perencanaan antara lain Bagan Arus (Flow
Chart), Bagan Gantt (Gantt Chart) dan Jaringan PERT (PERT Network)
(1)
Perencanaan dengan Flow Chart
Pendekatan Flow Chart ini biasanya
dipakai oleh mereka yang mendalami teknik komputer, teknik atau sistem
informasi. Namun pendekatan ini bisa juga dipakai dalam dunia manajemen. Flow
Chart adalah model grafis yang menunjukkan model sistem yang menggambarkan
kejadian yang berkesinambungan dan keputusan ya atau tidak.
Contoh Flow Chart untuk pembelian buku
bacaan
(2)
Penjadwalan Melalui Gantt Chart
Penjadwalan adalah salah satu bagian
penting dalam perencanaan. Ketika kegiatan organisasi begitu banyak dan
berkesinambungan satu dengan yang lainnya, Gantt Chart pada dasarnya membantu
manajer untuk dapat mengaturnya melalui proses penjadwalan. Jadi Gantt Chart
adalah teknik penjadwalan secara grafis atas berbagai rencana kegiatan.
Contoh Gantt Chart
(3)
Perencanaan dengan PERT
PERT adalah singkatan dari Program
Evaluation and Review Technique. PERT merupakan alat Bantu perencanaan melalui
penjadwalan dan penggambaran rencana kerja secara kronologis dan berkelanjutan
bagi pekerjaan yang sifatnya tidak rutin, berskala besar maupun kompleks.
Ada 4 konsep yang harus di pahami dalam
PERT yaitu:
a.
Event atau kejadian
Indikator dari performa pekerjaan baik
sebelum maupun sesudah pekerjaan dilakukan sekaligus juga menunjukkan apakah
suatu pekerjaan lain dapat dilakukan atau sebaliknya berdasarkan indikator ini.
b.
Activity atau kegiatan
Bagian dari berbagai pekerjaan yang
sedag dalam pengerjaan dari keseluruhan pekerjaan yang berkesinambungan.
c.
Time atau waktu
Menunjukkan perkiraan waktu pengerjaan
dari keseluruhan kegiatan sebagaimana diatur dalam jaringan PERT.
d.
Critical Path atau indikator
kritis
Menunjukkan waktu kritis bagi pengerjaan
kegiatan dalam kerangka path yang dapat diterima atau menunjukkan batas
toleransi akan suatu pekerjaan yang dilaksanakan.
8.
Hambatan dalam perencanaan
Perencanaan dan penetapan tujuan
mempunyai kemungkinan hambatan. Selain itu, sering pula pelaksanaan pekerjaan
tidak sesuai dengan yang direncanakan. Keadaan ini bisa timbul karena:
(1)
Kurang pengetahuan tentang organisasi;
(2)
Kurang pengetahuan tentang lingkungan;
(3) Ketidakmampuan melakukan peramalan secara
efektif;
(4)
Kesulitan perencanaan operasi-operasi yang tidak berulang;
(5)
Biaya;
(6)
Takut gagal;
(7)
Kurang percaya diri;
(8)
Ketidak sediaan untuk menyingkirkan tujuan-tujuan alternatif.
Menurut Stoner James (1988) ada 2 jenis
hambatan utama terhadap pengembangan rencana
yang efektif. Pertama, adalah perlawanan internal para calon perencana
terhadap penetapan sasaran dan penyusunan rencana untuk mencapainya. Kedua,
yang terdapat di luar perencana, yaitu keengganan dan menolak rencana yang
membawa perubahan dalam organisasi.
9.
Cara mengatasi hambatan
Beberapa cara untuk mengatasi hambatan
dalam perencanaan:
(1)
Melibatkan para pegawai, terutama mereka yang terkena pengaruh dalam
proses perencanaan.
(2)
Memberikan banyak informasi kepada para pegawai tentang rencana dan
kemungkinan akibat-akibatnya sehingga mereka memahami perlunya perubahan,
manfaat yang diharapkan dan apa yang diperlukan untuk pelaksanaan yang efektif.
(3)
Mengembangkan suatu pola perencanaan dan penetapan yang efektif, suatu
“track record” yang berhasil mendorong kepercayaan kepada para pembuat rencana
serta menyebabkan rencana baru tersebut diterima.
(4)
Menyadari dampak dari perubahan-perubahan yang diusulkan terhadap
para anggota organisasi dan memperkecil
gangguan yang tidak perlu.
PERLUNYA
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Dengan adanya perencanaan, diharapkan
terdapatnya suatu pengarahan kegiatan,
adanya pedoman bagi pelaksanaan
kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada
pencapaian tujuan pembangunan ekonomi.
Dengan perencanaan, maka dilakukan suatu
perkiraan (forecasting) terhadap hal
hal dalam masa pelaksanaan yang akan
dilalui. Perkiraan bukan hanya dilakukan
mengenai potensi-potensi dan
prospek-prospek perkembangan, tetapi juga
mengenai hambatan-hambatan dan
resiko-resiko yang mungkin akan dihadapi.
Perencanaan dalam pembangunan ekonomi
mengusahakan supaya ketidakpastian
dapat dibatasi sedikit mungkin.
Perencanaan memberikan kesempatan untuk
memilih berbagai alternatif tentang
cara pembangunan ekonomi yang terbaik
(the best alternative) atau kesempatan
untuk memilih kombinasi cara yang
terbaik (the best combination) untuk
mendapatkan hasil pembangunan ekonomi
yang terbaik pula.
Dengan perencanaan, dilakukan penyusunan
skala prioritas. Memilih urutan dari
segi penting atau tidaknya suatu tujuan
pembangunan ekonomi, sasaran maupun
kegiatan usahanya.
Dengan adanya rencana, maka akan ada
suatu alat pengukur atau standar untuk
mengadakan pengawasan atau evaluasi (control
or evaluation).
Perencanaan digunakan lebih sebagai
suatu alat atau cara untuk mencapai tujuan
dengan lebih baik. Dengan adanya
perencanaan yang matang dan penuh
perhitungan, diharapkan apa yang menjadi
tujuan dari pembangunan ekonomi
dapat tercapai dengan cepat dan sesuai
dengan target yang diharapkan.
SIFAT,
PROSES, DAN PERANAN PERENCANAAN EKONOMI
Sifat dan Peranan perencanaan ekonomi
Pengertian perencanaan ekonomi adalah
usaha secara sadar dari suatu pusat
organisasi untuk mempengaruhi, mengarahkan,
serta dalam beberapa halbahkan
mengendalikan perubahan variabel
ekonomiyang utama dari suatu negara atau
wilayah tertentu selama periode tertetu
selama periode waktu tertentu sesuai
dengn tujuan-tujuan yang telah di
tetapkan sebelumnya.
Suatu rencana ekonomi juga dianggap
serangkaian sasaran target ekonomi secara
kuantitatif yang khusus dan harus di
capai dalam suatu jangka waktu tertentu.
Rencana ekonomi bisa bersifat menyeluruh
atau parsial. Suatu rencan bersifat
kompherensif, memenapkan sasarannya mencakup
seluruh aspek pokok
perekonomian nasional. Sedangkan rencana
yang bersifat parsial hanya mencakup
sebagian dari perekonomian nasional
seperti sektor industri, sektor pertanian,
sektor luar negeri, dan sebainya. Oleh
karene itu untuk menghindari hal-hal yang
lebih membingungkan maka pada pembahasan
selanjutnya nanti akan kita
bedakan 3 macam perencanaan ekonomi yang
utama.
Proses Perencanaan Ekonomi
Bisa di bagi 4 tahap :
1. memulai
suatu rangkaian yang di tetapkan oleh pemimpin polotik
2. mengukur
ketersediaan sumber daya yang langka selam periode perencanaan tersebut
3. Di
tetapkan proyek-proyek investasi yang termasuk dalam perencanaan nasional untuk
mengembangkan tujuan pembangunan nasional
4. Mengerjakan
proses pemilihan kegiatan yang mungkin dan penting untuk mencapai tujuan
nasional tanpa terganggu oleh adanya kendala kendala sumber daya dan
organisasional
PERENCANAAN
DALAM BERBAGAI BENTUK SISTEM EKONOMI
A. Perencanaan
Dalam Perekonomian Kapitalis
Merupakan usaha yang dengan sadar di
lakukan pemerintah mencapai
pertumbuhan ekonomi dengan tingkat
pengerjaan yang tinggi dan harga yang
stabil melalui berbagai instrumen
kebijaksanaan fiskal dan moneter
B. Perencanaan
Dalam Perekonomian Sosialis
Peranan perencanaan hanya berusaha untuk
mencegah agar perekonomian tidak
keluar dari lintasan pertumbuhan yang
stabil yang diinginkan melalui alat
kebijaksanaan yang aktif namun tidak
langsung. Dan bukan hanya menetapkan
seperangkat asaran tertentu yang
merupakan suatu rangkaian kemajuan ekonomi.
C. Perencanaan
Dalam Perekonomian Campuran
Adalah suatu lingkungan kelembagaan
dimana sebagian dari sumber daya
produktif di miliki dan di kelola oleh
pihak swasta, sedangkan sebagian lainnya di
miliki oleh pemerintah.
SYARAT
SYARAT BERHASILNYA SUATU PERENCANAAN
1. Komisi
perencanaan
Pembentukan suatu komisi perencanaan
yang harus di organisir dengan cara yang
tepat.
2. Data
Statistik
Membutuhkan adanya analisis yang
menyeluruh tentang potensi suberdatya yang
di miliki suatu negara beserta segala
kekurangannya
3. Tujuan
Tujuan yang di capai hendaknya harus
realistis dan di sesuaikan dengan kondisi
perekonomian negara tersebut.
4. Penetapan
sasaran dan prioritas
Di buat secara makro dan sektoral
5. Mobilisasi
Sumber daya
Adanya pembiayaan oleh pemerintah
sebagai dasar mobilisasi sumber daya yang
Tersedia
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DI INDONESIA
Usaha-usaha perencanaan ekonomi masa
orde lama
- Tahun
1947, di mulai suatu perencanaan
- Tahun
1952, dimulai usaha perencanaan
- Tahun
1956-1960, disusun rencana pembangunan
- Tahun
1961-1969, disusun rencana pembangunan nasional.
Program dalam orde baru :
1. jangka
panjang
2. jangka
pendek
Dalam perumusan dan pelaksanaan suatu
teori maupun dalam penyusunan suatu
strategi pembanhunan nasional
sebagaimana telah di ungkapkan,
indonesiapun tidak melepaskan diri dari
asas politik ekonomi yang di anut.
BAB VI
PERUBAHAN STRUKTURAL DALAM PROSES PEMBANGUNAN
PERUBAHAN BERBAGAI SEKTOR
Struktur ekonomi akan mengalami
perubahan dalam proses pembangunan ekonomi. Tulisan A.G.B. Fisher dalam
International Labour Review pada tahun 1935 telah mengemukakan pendapat bahwa
berbagai negara dapat dibedakan berdasarkan persentase tenaga kerja yang berada
di sektor primer, sekunder dan tersier. Pendapat ini dibuktikan oleh Clark yang
telah mengumpulkan data statistik mengenai persentase tenaga kerja yang bekerja
di sektor primer, sekunder dan tersier di beberapa negara. Data yang dikumpulkannya
itu menunjukkan bahwa makin tinggi pendapatan per kapita suau negara, makin
kecil peranan sektor pertanian dalam menyediakan kesempatan kerja. Akan tetapi
sebaliknya, sektor industri makin penting peranannya dalam menampung tenaga
kerja.
Kuznets menunjukkan perubahan
sumbangan berbagai sektor kepada produksi nasional, sedangkan Chenery
mengkhususkan analisisnya pada corak perubahan sumbangan berbagai sektor dan
industri-industri dalam sub-sektor industri pengolahan kepada produksi nasional.
Ciri Perubahan yang Berlaku
Kuznets mmbuat beberapa kesimpulan
mengenai corak perubahan sumbangan berbagai sektor dalam pembangunan ekonomi :
1. Sunbangan sektor pertanian kepada
produksi nasinal telah menurun
2. Peranan sektor industri dalam
menghasilkan produksi nasional meningkat
3. Sumbangan sektor jasa dalam
menciptakan pendapatan nasional tidak mengalami perubahan yang berarti dan
perubahan itu tidak konsisten sifatnya.
Faktor yang Menyebabkan Perubahan
Struktur Ekonomi
1. Produksi sektor pertanian mengalami
perkembangan yang lebih lambat dibanding perkembangan produksi nasional;
2. Tingkat pertambahan produksi sektor
industri lebih cepat daripada tingkat pertambahan produksi nasional, dan
3. Tidak adanya perubahan dalam peranan
sektor jasa dalam produksi nasional berarti bahwa tingkat perkembangan sektor
jasa adalah sama dengan tingkat perkembangan produksi nasional.
Perubahan struktur ekonomi yang demikian
coraknya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Sifat manusia dalam kegiatan konsumsi
Hukum Engels mengatakan bahwa makin
tinggi pendapatan masyarakat, maka akan makin sedikit proporsi pendapatan yang
digunakan untuk membeli bahan pertanian, sedangkan proporsi pendapatan yang
digunakan untuk membeli produksi barang-barang industri menjadi bertambah
besar.
2. Perubahan teknologi
Kemajuan teknologi akan mempertinggi
produktivitas kegiatan-kegiatan ekonomi yang akan memperluas pasar serta
kegiatan perdagangan.
Kemajuan teknologi juga menyebabkan
perubahan dalam struktur produksi nasional yang bersifat inducive, yaitu
kemajuan tersebut menciptakan barang-barang baru yang menambah pilihan
barang-barang yang dapat dikonsumsi masyarakat.
PERUBAHAN
STRUKTUR PENGGUNAAN TENAGA KERJA
1.Perubahan struktur penggunaan tenaga
kerja
Ciri Perubahan Penggunaan Tenaga Kerja,
yaitu:
•
Peranan sektor pertanian dalam menyediakan kesempatan kerja menurun.
•
Peranan sektor industri dalam menyediakan kesempatan kerja menjadi
bertambah penting, akan tetapi kenaikan tersebut sangat kecil.
•
Peranan sektor jasa dalam
menyediakan kesempatan kerja tidak mempunyai pengaruh besar.
Faktor yang Menyebabkan Pola Perubahan
yang Berbeda
Pada perubahan peranan
masing-masing sektor dalam menciptakan produksi nasional dengan peranan mereka
dalam menampung tenaga kerja mempunyai sifat yang berbeda, yaitu :
•
Di sektor pertanian, secara relatif, perubahan yang terjadi dalam
menciptakan produksi nasional adalah hampir bersamaan dengan perubahan
peranannya dalam menyediakan pekerjaan.
•
Di sektor industri, perubahan relatif dari peranannya dalam menciptakan
produksi nasional adalah lebih besar daripada perubahan relatif peranannya
dalam menampung tenaga kerja.
•
Di sektor jasa, perubahan relatif dari peranannya dalam menciptakan
produksi nasional adalah lebih kecil dari perubahan relatif perananya dalam
menampung tenaga kerja.
Menurut Kuznets perbedaaan di atas
disebabkan oleh perbedaan dalam perkembangan tingkat produktivitas di
masing-masing sektor dalam proses pembangunan.
PERUBAHAN
PERANAN BERBAGAI KEGIATAN DI SEKTOR JASA
Sektor jasa dibedakan menjadi lima
sub-sektor, yaitu perdagangan, badan keuangan dan real estate, pemilikan rumah,
pemerintahan dan pertahanan, dan berbagai jasa perseorangan. Pokok-pokok
kesimpulannya :
1. Peranan sektor jasa dalam menciptakan
produksi nasional tidak mengalami perubahan atau penurunan.
2. Peranannya dalam menyediakan
kesempatan kerja menjadi bertambah besar.
Perkembangan sektor jasa yang bercorak
seperti ini dalam proses pembangunan ekonomi disebabkan olehkarena :
(i) Adanya spesialisasi secara kawasan
dari kegiatan ekonomi yang berkembang
(ii) Pertambahan pendapatan per kapita
yang diakibatkan oleh pembangunan ekonomi
(iii) Karena perkembangan produktivitas
yang lambat di sektor jasa.
Walaupun peranan sektor jasa dalam
menampung atau menyerap tenaga kerja yang terdapat dalam perekonomian
meningkat, peranan sektor tersebut dalam menciptakan pendapatan nasional tidak
mengalami perubahan atau menurun. Faktor yang menimbulkan keadaan ini adalah
karena tingkat produktivitas di sektor jasa berkembang lebih lambat dari
perkembangan tingkat produktivitas rata-rata yang terjadi dalam leseluruuhan
perekonomian.
PERUBAHAN
STRUKTUR INDUSTRI MENURUT ANALISIS CHENERY
Aspek yang paling penting dari
analisis Chenery, dan yang menyebabkan analisisis seperti itu menjadi lebih
berguna sebagai usaha untuk menunjukkan ciri-ciri proses pembangunan ekonomi,
adalah bahwa analisis tersebut lebih ditekankan kepada hubungan kuantitatif
diantara pendapatan per kapita dengan persentase sumbangan berbagai sektor
ekonomi dan industri dalam sub-sektor industri pengolahan terhadap produksi
nasional.
Dengan demikian analisis tersebut
dapat digunakan untuk membuat ramalan mengenai peranan berbagai sektor pada
berbagai tingkat pembangunan ekonomi, dan selanjutnya dapat digunakan sebagai
landasan dalam menentukan sumber daya yang yang perlu dialokasikan ke berbagai
sektor ekonomi.
Analisa Chenery menggunakan data di
berbagai negara dalam suatu masa tertentu, atau lebih lazim disebut data cross
section dan bukan dengan mengumpulkan data perubahan peranan berbagai sektor
dalam perekonomian dari masa ke masa. Aspek yang paling penting dari analisa
Chenery, dan yang menyebabkan analisa seperti itu menjadi lebih berguna sebagai
usaha untuk menunjukkan ciri - ciri dari proses pembangunan ekonomi adalah
bahwa analisa tersebut lebih ditekankan kepada menunjukkan hubungan kuantitatif
di antara pendapatan perkapita dengan persentasi sumbangan berbagai sektor
ekonomi dan industri – industri dalam sub – sektor industri pengolahan kepada
produksi nasional.
Aspek yang dianalisa oleh Chenery
adalah mengenai faktor - faktor yang menyebabkan peranan berbagai industri
dalam suatu perekonomian adalah berbeda dengan peranannya yang normal pada
suatu tingkat pembangunan ekonomi tertentu yaitu seperti yang ditentukan oleh
persamaan regresi yang telah dijelaskan pada permulaan dan keadaan yang
demikian di akibatkan oleh adanya salah satu atau gabungan dari faktor -faktor
berikut:
•
Luasnya Pasar
Tingkat pendapatan dan jumlah penduduk
merupakan dua factor penting yang menentukan luas pasar suatu negara.
•
Bentuk Distribusi Pendapatan
Corak distribusi pendapatan di tiap –
tiap negara – negara berbeda. Di beberapa negara distribusi pendapatan
penduduknya sangat tidak merata. Perbedaan dalam distribusi pendapatan ini
merupakan satu faktor penting lainnya yang menyebabkan terdapatnya deviasi
dalam peranan sektor industri dari peranannya yang normal .
•
Kekayaan Alam
Kekayaan alam suatu negara juga dapat
mempengaruhi peranan industri – industri dalam sub sektor industri pengolahan
dalam keseluruhan kegiatan ekonomi.
•
Perbedaan Keadaan di Berbagai Negara
Perbedaan keadaan di berbagai negar
seperti perbedaan perbedaan iklim, kebijaksanaan pemerintah dan faktor – faktor
sosial dan budaya, merupakan faktor – faktor lain yang dapat mempengaruhi
tingkat produksi dan peranan sektor industri kepada produksi nasional.
PERUBAHAN
STRUKTUR PEREKONOMIAN NEGARA BERKEMBANG
Perhatian yang lebih besar terhadap
pembangunan ekonomi negara – negara berkembang telah menimbulkan dorongan untuk
melakukan usaha -usaha perbaikan dalam pengumpulan data kegiatan ekonomi di
negara - negara itu. Sebagai hasil dari usaha - usaha ini, dalam beberapa tahun
saja telah lebih banyak data dapat diperoleh mengenai berbagai aspek dari
kegiatan - kegiatan ekonomi negara - negara tersebut.
Semakin meluasnya jumlah dan jenis
data yang tersedia mengenai kegiatan - kegiatan ekonomi di negara berkembang
tersebut memungkinkan para penyelidik ekonomi untuk membuat amalisa mengenai
perubahan struktur kegiatan ekonomi dalam proses pembangunan yang telah terjadi
di negara -negara berkembang.Analisa yang dilakukan oleh Chenery tersebut mirip
sekali dengan analisa Chenery mengenai perubahan struktur ekonomi dalam proses
pembangunan yang terjadi dalam berbagai aspek kegiatan ekonomi apabila tingkat
pembangunan ekonomi menjadi bertambah tinggi. Chenery dan Syrquin menunjukkan
corak dari sepuluh jenis perubahan dalam struktur perekonomian yang berlaku
dalam proses pembangunan negara - negara berkembang.
Perubahan – perubahan tersebut
dibedakan menjadi 3 golongan yaitu:
•
perubahan dalm struktur ekonomi yang dipandang sebagai perubahan dalam
proses akumulasi,
•
perubahan dalam struktur ekonomi yang dipandang sebagai perubahan dalam
proses alokasi sumber daya
•
perubahan dalam struktur ekonomi yang dipandang sebagai perubahan
demografis dan distributif.
Yang termasuk sebagai proses
akumulasi adalah pembentukan modal atau investasi, pengumpulan pendapatan
pemerintah, dan kegiatan menyediakan pendidikan kepada masyarakat. Yang
tergolong sebagai alokasi sumber daya adalah struktur permintaan domestik,
struktur produksi, dan struktur perdagangan.
Chenery mempunyai ciri – ciri sebagai berikut, yaitu:
1.
Tabungan dan pembentukan modal. Makin besar tingkat tabungan, maka makin
besar pula tingkat pembentukan modal.
2.
Pendapatan pemerintah. Tingkat pendapatan yang dapat dikumpulkan oleh
pemerintah mengalami penigkatan yang sangat besar terutama disebabkan oleh
kenaikan dalam tingkat penerimaan pemerintah dari perpajakan.
3.
Pendidikan. Perkembangan yang dicapai dalam bidang pendidikan sepanjang
proses pembangunan digunakan 2 macam indicator. Yaitu besarnya pengeluaran
untuk pendidikan dan banyaknya anak dalam menutut ilmu.
4.
Urbanisasi, tingkat kelahiran dan tingkat kematian. Pembangunan Ekonomi
akan diikuti oleh perubahan dalam proporsi penduduk yang tinggal di daerah
urban, dan penurunan dalam tingkat kelahiran dan kematian.
5.
Struktur Produksi. Struktur ini dalam proses pembangunan dalam
penyelidikan yang baru ini memperkuat kesimpulan hasil-hasil yang telah
diperoleh mengenai ciri-ciri perubahan struktur ekonomi dalam pembangunan.
6.
Distribusi Pendapatn. Untuk melihat perubahan dalam distribusi
pendapatan, diperhatikan perubahan bagian pendapatan yang diterima oleh 40
persen dari keseluruhan penduduk yang tergolong sebagai penerima-penerima
pendapatan terendah dan (perubahan bagian dari pendapatan nasional yang
diterima 20 persen dari seluruh jumlah penduduk.
BAB VII
UNSUR UNSUR POKOK DALAM KEBIJAKAN PEBANGUNAN
PANDANGAN
POKOK ANALISIS MIKROEKONOMI
Dalam buku Adam Smith “ An inquiry
into the nature and causes of the wealth of nation,yang diterbitkan pada tahun
1776, merupakan titik permulaan dari perkembangan ilmu ekonomi, dalam usaha
untuk menganalisis corak kegiatan ekonomi masyarakat, oleh sebab itu masa itu
dianggap banyak ahli ekonomi sebagai kelahiran ilmu ekonomi sebagai cabang
ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.
Teori – teori mengenai perilaku
masayarakat dalam berbagai aspek kegiatan ekonomi tersebut merupakan bagian
dari ilmu ekonomi yang dikenal dengan teori mikroekonomi, dinamakan demikian
karena corak analisisnya ditekankan kepada menelaah bagian bagian kecil dari
keseluruhan kegiatan ekonomi, yang terutama menganalisis unsure unsure yang paling
kecil dalam kegiatan suatu perekonomian, seperti kegiatan jual beli di pasar,
cara pengusaha menentukan tingkat produksi, proses penentuan tingkat upah dalam
suatu pasar tenaga kerja, dan lain sebagainya.
Pola Analisis Mikroekonomi
Teori mikroekonomi dapat dibedakan
dalam tiga bagian , teori harga, teori produksi , dan teori distribusi. Teori
harga pada umumnya menjelaskan tentang penawaran dan permintaan yang umumnya
terdapat dalam suatu pasar, dan interaksi diantara keduanya dalam menentukan
tingkat harga dan jumlah barang yang diperdagangkan, Aspek lain yang menjadi
pokok permasalahan dalam analisis mikroekonomi adalah analisis mengenai bentuk
bentuk pasar yang terdapat dalam masyarakat, analisis mengenai proses produksi
dan analisis mengenai factor-factor yang menentukan tingkat produksi yang
paling menguntungkan pada suatu perusahaan, selain itu aspek penting dalam analisis mikroekonomi adalah
distribusi pendapatan diantara berbagai factor produksi. Dalam analisis ini
yang dibahas adalah cara cara pendapatan masing masing factor produksi
ditentukan dalam setiap perekonomian.
Pemisalan – Pemisalan Yang Digunakan
Titik tolak dalam analisis tersebut
adalah anggapan bahwa setiap pelaku dalam perekonomian bertindak secara rasional
dan ekonomis , maka analisis tersebut mengangap
a.Sebagai pembeli masyarakat akan
berusaha membeli sebanyak banyaknya barang dengan sejumlah uang tertentu.
b.Sebagai pemilik factor factor produksi
mereka akan berusaha untuk memperolehn pendapatan yang paling maksimal dari
tenaga dan keahlian yang mereka tawarkan
Selanjutnya analisis mikroekonomi memisalkan pula bahwa setiap pelaku
dalam perekonomian tersebut pada setiap waktu mengetahui peristiwa
peristiwa yang terjadi di pasar , dan
mempunyai mobilitas yang sangat tinggi sehingga mudah menyesuaikan diri dengan
perubahan perubahan yang terjadi di pasar.
Menurut ahli ahli ekonomi yang
telah menciptakan dasar dasar teori mikro ekonomi, apabila pemerintah tidak
ikut campur tangan dalam kegiatan perekonomian, yang berarti system mekanisme
pasar sajalah yang menjadi pengaturnya, maka perekonomian akan berkembang
secara optimal dan akan selalu mencapai tingkat kesempatan kerja penuh,
mekanisme pasar akan menciptakan pula tingkat laju pembangunan yang maksimal.
Teori Mikro Ekonomi Dan Masalah
Penganguran
Sesudah berakhirnya perang dunia 1
negara negara di eropa menghadapi masalah politik social dan ekonomi sangat
rumit, sehingga menimbulkan ketidakstabilan dalam perekonomian mereka.
Ketidakstabilan ini menyebabkan timbulnya penganguran yang serius dan alat alat
produksi tidak seluruhnya digunakan, keadaan ini diperburuk pula oleh adanya
depresiasi yang sangat serius di Amerika Serikat pada akhir tahun 1920-an
sampai dengan permulaan tahun 1930, Peristiwa ini menyebabkan orang ragu-ragu
terhadap kebenaran teori ekonomi klasik
yang menganggap bahwa system ekonomi pasar yang sama sekali tidak
dicampuri pemerintah akan dapat menciptakan kegiatan ekonomi yang efisien dan menjamin terciptanya kesempatan kerja
penuh dari masa ke masa.
Maka timbulah usaha usaha untuk
mengembangkan teori teori ekonomi yang lebih mencerminkan kenyataan yang
sebenarnya dari corak kegiatan ekonomi dalam masyarakat, masa tersebut merupakan
permulaan dari perkembangan analisis ekonomi yang sekarang dikenal sebagai
teori makroekonomi yang dikembangkan oleh Keynes.
Dalam teori makroekonomi dianggap
mekanisme pasar tidak selalu menciptakan efisiensi yang tinggi dalam kegiatan
ekonomi, oleh sebab itu pemerintah harus selalu campur tangan dalam sesuatu
perekonomian, campur tangan itu diperlukan untuk menjamin agar tingkat
kesempatan kerja penuh dan kestabilan ekonomi dapat tercipta, campur tangan
tersebut terutama dijalankan dengan melaksanakan kebijakan fisikal dan moneter,
dan mereka dilaksanakan dengan tujuan agar keadan ekonomi yang stabil dan
tingkat pengagguran yang rendah dapat diciptakan.
PANDANGAN
POKOK ANALISIS MAKROEKONOMI
Depresiasi yang sangat serius yang
terjadi pada akhir tahun 1920 dan permulaan tahun 1930 yang menyebabkan
terjadinya pengangguran tenaga kerja dan alat-alat produksi yang sangat tinggi,
membuktikan bahwa kemerosotan suatu perekonomian dapat juga ditimbulkan oleh
berkurangnya permintaan di masyarakat. Sebelum masa tersebut ahli ahli ekonomi
berpegang pada teori yang dikemukakan oleh Jean Babtis Say, seorang ahli
ekonomi perancis yang mengatakan “ supply created its own demand “ yang berarti
bahwa apabila ada produksi maka dengan sendirinya akan tercipta permintaan.
Depresi yang sangat serius, yang dimulai pada akhir tahun 1920 smpai awal
tahun1930an, ,merupakan bukti dan ketidakbenaran pandangan tersebut, menyadari
itumaka dalam teori makroekonomi analisis lebih ditekankan kepada menganalisis
factor factor yangmempengaruhi tingkat pengeluaran masyarakat dalam
perekonomian.
Penentu Kegiatan Ekonomi ; Perbelanjaan
Agregat
Salah satu pandangan yang paling
fundamental dalam teori makro ekonomi adalah
bahwa tingkat kegiatan ekonomi dalam suatu waktu tertentu tergantung
kepada pengeluaran berbagai golongan masyarakat pada waktu tersebut. Fungsi
dari para pengusaha hanyalah menyediakan barang barang dan jasa-jasa yang
diperlukan oleh masyarakat. Oleh sebab itu tingkat produksi mereka ditentukan
oleh tingkat pengeluaran masyarakat. Apabila permintaan dalam perekonomian
bertambah , para pengusaha akan menambah produksi mereka, sebaliknya apabila
permintaan berkurang, maka para pengusaha akan mengurangi kegiatan mereka,
reaksi para pengusaha dalam menmghadapi perubahan dalam permintaan masyarakat
tersebut akan menentukan tingkat pendapatan nasional dan perubahannya dari masa
ke masa, apabila permintaan sangat tinggi , semua pengusaha akan menambah
produksi mereka, yang selanjutnya akan meningkatkan pendapatan nasional dan
tingkat kesempatn kerja.
Berdasarkan pada sifatnya,
pengeluaran seluruh masyarakat dibedakan dalam lima golongan , pengeluaran
seluruh rumah tangga , penanaman modal oleh para pengusaha, pengeluaran pemerintah,ekspor keluar
negeri, dan impor dari luar negeri. Tingkat pengeluaran rumah tangga terutama
tergantung kepada pendapatan mereka. Oleh sebab itulah pengeluaran rumah tangga
bukan merupakan factor utama yang menyebabkan perubahan dlam pendapatan
nasional, semakin meningkat pengeluaran rumah tngga, semakin tinggi pendapatan
nasiopnal , sedangkan kalau impor bertambah pendapatan nasional akan berkurang
karena pembelanjaan ,masyarakat dilakukan pada barang yang diproduksi oleh luar
negri.
Faktor lainnya adalah yaitu
penanaman modal oleh perusahaan perusahaan pengeluaran pemerintah , dan ekspor
ditentukan oleh factor factor diluar pendapatan masyarakat. Tingkat penanaman
modal terutama ditentukan oleh tingkat suku bunga , pengeluaran pemerintah
ditentukan oleh pertimbangan politik dan usaha untuk mencapai tingkat
kesempatan kerja penuh yang diikuti oleh stabilitas harga.
PROSES
MULTIPLIER DI NEGARA BERKEMBANG
Apabila terjadi kenaikan dalam
pengeluaran , maka akan tercipta pertambahan pendapatan masyarakat , dan
pendapatan nasional akan mengalami kenaikan. Kenaikan tersebut adalah sama jumlahnya dengan pertambhan pendapatan
masyarakat yang terjadi, kenaikan pendapatan masyarakat ini akan menambah
pengeluaran pada amasa berikutnya, tetapi pertambahan pengeluaran yang baru ini
tidaklah sebesar pertambahan pendapatan yang baru diperoleh . Besarnya
pengeluaran baru yang akan dilakukan tergantung kepada besarnya kecondongan
konsumsi marjinal, yaitu proporsi dari setiap tambahan pendapatan yang akan
digunakan untuk konsumsi, makin tinggi kecondongan kecondongna konsumsi
marginal makin besar puloa tambahan pengeluaran yang aka dilakukan.
Pada akhirnya pendapatan nasional
akan bertambah beberapa kali lipat kalau dibandingkan dengan pertambahan
pengeluaran yang pertama kali terjadi. Untuk mengetahui besarnya pertambahan
pendapatan nasional yang diakibatkan oleh pertambahan sejumlah pengeluarn
tertentu pertambahan dan proses multipliert yanga timbul sesudahnya, digunakan
persamaan multiplier berikut.:
Dimana
adalah pertambahan pendapatan nasional yang tejadi sebagai akibat dari
proses multiplier, MPC adalah kecondongan konsumsi marginal dan adalah berturut turut pertambahan dan
penanaman modal oleh perusahaan , pertambahan pengeluaranh pemerintah dan
pertambahan ekspor . Besarnya ) adalah Rp 1 miliar, maka pertambahan dalam
pendapatan nasional menurut rumus diatas
adalah
Atau sebanyak 4 kali lipat dari
pertambahan pengeluaran yang mula mula sekali dilakukan.
KEBIJAKAN
MONETER DAN FISKAL NEGARA BERKEMBANG
Pada umumnya , tanpa adanya campur
tangan pemerintah, seluruh pengeluaran dalam perekonomian tidak sesuai dengan
jumlah yang diperlukan untuk mencapai tingkat kesempatan kerja penuh,
adakalanya tingkat pengeluaran dalam masyarakat melebihi jumnlah tersebut yang
menyebabkan inflasi, tetapi yang sering terjadi adalah kekurangan dalam
pengeluaran sehingga menimbulkan deflasi atau resesi pengangguran.
Fungsi pemerintah dalam melakukan
campur tangan dalam perekonomian adalah untuk membatasi kedua masalah tersebut,
yaitu pemerintah harus menciptakan tingkat kesempatan kerja penuh tanpa
menimbulkan inflasi. Dua alat kebijakan dapat digunakan pemerintah untuk
mencapai tujuan tersebut: kebijakan fisikal dan kebijakan moneter. Dengan kedua
kebijakan tersebut pemerintah haruslah berusaha untuk menyesuaikan tingkat
pengeluarannya sehingga keseluruhan pendgeluaran dalam perekonomian akan
mencapai atau mendekati tingkat pendapatan nasional pada tingkat kesempatan
kerja penuh,mempengaruhi tingkat pengeluarann masyarakat agar sesuai atau pada
tingkat yang menjamin terciptanya tingkat kesempatan kerja penuh.
Apabila dalam perekonomian terdapat
banyak pengagguran , pemerintah haruslah berusaha menaikan pengeluaran didalam
perekonomian dengan menaikkan pengeluarannya sendiri, mendorong kenaikan
pengeluaran golongan masyarakat lainnya, meningkatkan ekspor dan mengurangi
impor.
KEBIJAKAN
MONETER DAN FISKAL NEGARA BERKEMBANG
Pada umumnya , tanpa adanya campur
tangan pemerintah, seluruh pengeluaran dalam perekonomian tidak sesuai dengan
jumlah yang diperlukan untuk mencapai tingkat kesempatan kerja penuh,
adakalanya tingkat pengeluaran dalam masyarakat melebihi jumnlah tersebut yang
menyebabkan inflasi, tetapi yang sering terjadi adalah kekurangan dalam
pengeluaran sehingga menimbulkan deflasi atau resesi pengangguran.
Fungsi pemerintah dalam melakukan
campur tangan dalam perekonomian adalah untuk membatasi kedua masalah tersebut,
yaitu pemerintah harus menciptakan tingkat kesempatan kerja penuh tanpa
menimbulkan inflasi. Dua alat kebijakan dapat digunakan pemerintah untuk
mencapai tujuan tersebut: kebijakan fisikal dan kebijakan moneter. Dengan kedua
kebijakan tersebut pemerintah haruslah berusaha untuk menyesuaikan tingkat
pengeluarannya sehingga keseluruhan pendgeluaran dalam perekonomian akan
mencapai atau mendekati tingkat pendapatan nasional pada tingkat kesempatan
kerja penuh,mempengaruhi tingkat pengeluarann masyarakat agar sesuai atau pada
tingkat yang menjamin terciptanya tingkat kesempatan kerja penuh.
Apabila dalam perekonomian terdapat
banyak pengagguran , pemerintah haruslah berusaha menaikan pengeluaran didalam
perekonomian dengan menaikkan pengeluarannya sendiri, mendorong kenaikan
pengeluaran golongan masyarakat lainnya, meningkatkan ekspor dan mengurangi
impor.
MEKANISME
PASAR DI NEGARA BERKEMBANG
Sekelompok atau sekumpulan orang yang
berkumpul pada suatu tempat untuk melakukan suatu transaksi jual beli ialah
pengertian dari pasar. Sedangkan mekanisme pasar adalah suatu pengaturan
(management) yang dilakukan dipasar untuk saling menguntungkan satu sama lain.
Dalam memajukan perekonomian suatu negara, pasar memiliki peranan yang sangat
penting. Melalui aktifitas pasar, produksi dapat sampai ke tangan konsumen yang
berakibat adanya keuntungan bagi produsen dan konsumen dapat terpenuhi
kebutuhannya. Pasar merupakan terjadinya komunikasi antara penjual dan pembeli,
terjadinya hubungan antara penawaran yang dilakukan oleh produsen dengan
permintaan yang dilakukan oleh konsumen. Pada umumnya pasar memang dapat
dilihat secara konkrit, dimana penjual dan pembelinya dapat bertemu secara
langsung dan mengadakan transaksi pada suatu tempat. Namun dalam perekonomian
yang modern saat ini, pasar bisa saja abstrak artinya penjual dan pembelinya
tidak bertatap muka secara langsung, namun bisa melakukan transaksi.
Beberapa hal kebaikan adanya mekanisme
pasar adalah :
Pasar dapat memberikan informasi yang
tepat.
Pasar memberikan perangsang untuk
mengembangkan kegiatan usaha.
Pasar memberikan perangsang untuk
memperoleh keahlian modern.
Pasar menggalakan penggunaan barang dan
faktor produksi secara efisien
Pasar memberikan kebebasan yang tinggi
kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi.
Adapula beberapa kekurangan pada
mekanisme pasar adalah :
Kebebasan yang tidak terbatas menindas
golongan-golongan tertentu..
Kegiatan ekonomi sangat tidak stabil
keadaannya.
Sistem pasar dapat menimbulan monopoli.
Mekanisme pasar tidak dapat menyediakan
beberapa jenis barang secara efisien.
Kegiatan konsumen dan produsen mingkin
menimbulkan ”Eksternalitas” yang merugikan.
Ditinjau dari bentuknya kita mengenal
dua bentuk pasar, yakni pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak
sempurna. Pada pasar persaingan sempurna, penjual dan pembeli memiliki
pengetahuan yang sempurna tentang harga suatu barang, sehingga tidak ada
satupun pihak yang bisa menguasai harga. Barang yang sama pada pasar persaingan
sempurna dijual oleh banyak penjual dengan harga yang sama.
Pasar persaingan sempurna (perfect
competition) adalah sebuah jenis pasar dengan jumlah penjual dan pembeli yang sangat
banyak dan produk yang dijual bersifat homogen. Harga akan terbentuk melalui
mekanisme pasar dan hasil interaksi antara penawaran dan permintaan sehingg
para penjual dan pembli tidak dapat mempengaruhi harga dan hanya berperan
sebagai penerima harga (price taker).
Dalam pasar persaingan sempurna jumlah
perusahaan sangat banyak dan kemampuan setiap perusahaan dianggap sedemikian
kecilnya, sehinga tidak mampu mempengaruhi pasar. Beberapa karakteristik agar
sebuah pasar dapat dikatakan pasar persaingan sempurna yaitu :
Semua perusahaan memproduksi
barang/produk yang homogenitas.
Produsen dan konsumen memiliki
pengetahuan atau informasi yang sempurna.
Output sebuah perusahaan relative kecil
dibandingkan dengan output pasar.
Perusahaan menerima harga yang ditentukan
pasar dengan menjual produknya dengan berpatokan pada harga yang ditetapkan
pasar karena perusahaan tidak mampu mempengaruhi harga pasar.
Semua perusahaan bebas masuk dan keluar
pasar.
Sedangkan pada pasar persaingan tidak
sempurna, terdapat satu atau beberapa pihak penjual atau pembeli yang dapat
menguasai harga.
Pasar persaingan tidak sempurna terdiri
dari beberapa bentuk :
Pasar monopoli : suatu pasar dimana
terdapat satu penjual menguasai harga.
Pasar duopoli : suatu pasar dimana
terdapat dua penjual menguasai harga.
Pasar oligopoli : suatu pasar dimana
terdapat beberapa penjual menguasai harga.
Pasar monopsoni : suatu pasar dimana
terdapat satu pmbeli menguasai harga
Pasar oligopsoni : suatu pasar dimana
terdapat beberapa pembeli menguasai harga.
Pasar monopolistik : suatu pasar dimana
banyak penjual barang yang sanma dan masing masing penjual dapat menguasai
harga.
Dalam pembehasan berikutnya tentang
mekanisme pasar hanya dibatasi pada pasar persangan sempurna, mulai dari
produksi, biaya, penawaran, permintaan, pendapatan dan laba yang didekati
dengan ekonomi mikro. Mekanisme pasar adalah kecenderungan dalam pasar bebas
untuk terjadinya perubahan harga sampai pasar menjadi seimbang jumlah yang
ditawarkan sama dengan jumlah yang diminta.
BAB VIII
MASALAH POKOK PEMBANGUNAN
MASALAH
PERTUMBUHAN EKONOMI
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi adalah :
1. Akumulasi
modal
Akan terjadi jika ada proporsi tertentu
dari pendapatan untuk diinvestasikan guna menigkatkan output pada masa yang akan
datang. Akumulasi modal juga Akan menambah sumber daya baru atau meningkatkan
sumber daya yang telah ada.
2. Pertumbuhan
penduduk
Pertumbuhan penduduk yang berlebihan
(ledakan penduduk) tentu akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Banyaknya
sumber daya manusia berarti banyak juga yang membutuhkan lapangan pekerjaan.
Namun pada kenyataannya, masih banyak pengangguran di Indonesia. Karena banyak
sumber daya manusia tersebut yang tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
3. Kemajuan
Teknologi
Kemajuan teknologi merupakan faktor yang
paling penting bagi pertumbuhan ekonomi. Ada 3 macam klasifikasi kemajuan
teknologi yaitu :
1. Kemajuan
Teknologi yang bersifat Netral yaitu kemajuan teknologi yang terjadi jika
tingkat output yang dicapai lebih tinggi pada kuantitas dan kobinasi-kombinasi
input yang sama.
2. Kemajuan
Teknologi yang bersifat Hemat Tenaga Kerja (Labor Saving) yaitu tingkat output
yang lebih tinggi bisa dicapai dengan jumlah tenaga kerja atau input modal yang
sama.
3. Kemajuan
teknologi yang bersifat hemat modal (capital saving) yaitu teknologi yang
sangat jarang terjadi karena hampir semua penelitian ilmiah dan perkembangan
teknologi yang dilakukan di negara maju adalah bertujuan untuk menghemat tenaga
kerja, bukan modal. Tetapi untuk negara-negara yang mempunyai tenaga kerja yang
melimpah seperti NSB pada umumnya maka kemajuan teknologi yang bersifat hemat
modal sangat dibutuhkan.
MASALAH
DISTRIBUSI PENDAPATAN
8 sebab yang menyebabkan ketidakmerataan
distribusi pendapatan di NSB menurut Irma Adelman & Chynthia Taft Morris
(1973) yaitu :
1. Pertambahan
penduduk yang tinggi yang mengakibatkan menurunya pendapatan perkapita.
2. inflasi
dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secraa proposional dengan
pertambahan produksi barang-barang.
3. ketidakmerataan
pembangunan anta daerah
4. investasi
yang sangat banyak dalam proyek –proyek yang pada modal sehingga persentase
pendapatan modal dari harta bertambah besar dibandingkan dengan persentase
pendapatan yang berasal dari kerja, sehingga pengangguran bertambah
5. rendahnya
mobilitas sosial
6. pelaksanaan
kebijaksanaan industri substitusi impor yang mengakibatkan kenaikan harga-harga
barang hasil industri untuk melindungi usaha-usaha golongan kapitalis.
7. memburuknya
nilai tukar (term of trade) bagi NSB dalam perdagangan dengan negara-negara
maju sebagai akibat ketidakelastisan permintaan negara-negara terhadap
barang-barang eskpor NSB
8. hancurnya
industri-industri kerajinan rakyat seperti pertukangan , industri rumah tangga.
DISTRIBUSI PENDAPATAN PERORANGAN
Ukuran distribusi pendapatan perorangan
(personal distiribution) merupakan ukuran yang paling umum digunakan para
ekonom. Ukuran sederhana ini menunjukkan hubungan antara individu dengan
pandapatan total yang mereka terima
DISTRIBUSI FUNGSIONAL
Ukuran distribusi fungsional atau
distribusi pangsa faktor produksi menjelaskan pangsa (share) pendapatan
nasional yang diterima oleh masing-masing faktor produksi. Disamping memandang
individu sebagai kesatuan yang terpisah, teori ukuran distribusi pendapatan
fungsional tersebut menyelidiki persentase yang diterima tenaga kerja secara
keseluruhan dibandingkan dengan persentase dari pendapatan nasional yang
terdiri dari sewa, bunga dan laba.
Sayangnya, relevansi teori fungsional
ini dilemahkan oleh kegagalannya dalam memperhitungkan peranan dan pengaruh
penting dari kekuatan-kekuatan ”non-pasar” seperti kekuatan untuk memnentukan
harga-harga faktor produksi misalnya perjanjian bersama antara para pekerja dan
kekuatan para monopolis atau tuan tanah dalam menetapkan tingkat upah.
MASALAH
KEMISKINAN
Menurut para ahli (antara lain Andre
Bayo Ala, 1981), kemiskinan itu bersifat multi dimensional. Artinya, karena
kebutuhan manusia itu bermacam-macam, maka kemiskinan pun memiliki banyak
aspek. Dilihat dari kebijakan umum, maka kemiskinan meliputi aspek primer yang
berupa miskin akan aset, organisasi sosial politik dan pengetahuan serta
keterampilan dan aspek sekunder yang berupa miskin akan jaringan sosial, sumber
keuangan dan informasi. Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut
termanifestasikandalam bentuk kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat,
perawatan kesehatan yang kurang baik dan tingkat pendidikan yang rendah.
Selain itu, dimensi-dimensi kemiskinan
saling berkaitan, baik secara langsung mapun tidak langsung. Hal ini berarti
bahwa kemajuan dan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mempengaruhi
kemajuan atau kemuduran pada aspek lainnya.
PENYEBAB KEMISKINAN
Kemiskinan dapat diamati sebagai kondisi
anggota masyarakat yang tidak/belum ikut serta dalam proses perubahan karena
tidak mempunyai kemampuan, baik kemampuan dalam pemilikan faktor produksi
maupun kualitas faktor produksi yang memadai sehingga tidak mendapatkan manfaat
dari hasil proses pembangunan. Dengan kata lain, masalah kemiskinan ini bisa selain
ditumbulkan oleh hal yang sifatnya alamiah/kultural juga disebabkan oleh
miskinya strategi dan kebijakan pembangunan yang ada, sehingga para pakart
pemikir tentang kemiskinan kebanyakan melihat kemiskinan sebagai masalah
struktural yaitu kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena
struktur sosial masyarakat tersebut tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber
pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka.
Ukuran Kemiskinan
Ada 2 macam ukuran kemiskinan yang umum
digunakan yaitu :
1. Kemiskinan Absolut
Adalah kemiskinan yang diukur dengan
membandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang
dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya. Konsep ini dimaksud untuk
menetukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik
terhadap makanan, pakaian dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup.
Kesulitan utama dalam konsep kemiskinan
absolut adalah menetukan komposisi dan tingkat kebutuhan minimum karena kedua
hal tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh adat kebiasaan saja, tetapi juga oleh
iklim, tingkat kemajuan suatu negara dan bernbagai faktor ekonomi lainnya.
United Research Institute for Social
Development (URISD) menggolongkan kebutuhan dasar manusia atas 3 kelompok yaitu
:
1. Kebutuhan
fisik primer yang terdiri dari kebutuhan gizi, perumahan dan kesehatan.
2. Kebutuhan
kultural yang terdiri dari pendidikan, waktu luang dan rekreasi serta
ketenangan hidup.
3. Kelebihan
pendapatan untuk mencapai kebutuhan lain yang lebih tinggi.
2. Kemiskinan Relatif
Konsep kemiskinan relatif bersifat
dinamis sehingga kemiskinan akan selalu ada. Oleh karena itu, Kincaid (1975)
melihat kemiskinan dari aspek ketimpangan sosial. Semakin besar ketimpangan
antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah, maka akan semakin
besar pula jumlah penduduk yang dpaat dikategorikan selalu miskin.
INDIKATOR
KEMISKINAN
Indikator kemiskinan ada bermacam-macam
yakni konsumsi beras per kapita per tahun, tingkat pendapatan, tingkat
kecukupan gizi, kebutuhan fisik minimum (KFM) dan tingkat kesejahteraan. Pada
publikasi UN (1961) yang bberjudul International Definition and Measurement of
Levels of Living : An Interim Guide disarankan 9 komponen kesejahteraan yaitu
kesehatan, konsumsi makanan dan gizi, pendidikan, kesempatan kerja, perumahan,
jaminan social, sandang, rekreasi dan kebebasan.
MASALAH
PEMBANGUNAN DALAM NEGERI
Secara umum, ada empat masalah yang
harus dihadapi dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Keempat masalah tersebut
dari tahun ke tahun selalu mendapat perhatian serius. Masalah yang paling
serius diperhatikan pemerintah adalah masalah kemiskinan, apalagi menurut data
PROPENAS terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin dari 22, 5 juta pada tahun
1996 menjadi 37,5 juta pada pertengahan tahun 1999. Keempat masalah tersebut
adalah:
a. Kemiskinan
Program pengentasan kemiskinan sudah
dilaksanakan sejak masa orde baru melalui berbagai bentuk program seperti INSUS
(Intensifikasi Khusus), INMUM (Intensifikasi Umum), BIMAS (Bimbingan Massal),
INMAS (Intensifikasi Massal), KMKP (Kredit Modal Kerja Permanen), KUK (Kredit
Usaha Kecil), Wajib Belajar, INPRES Desa yang dilanjutkan dengan INPRES Desa
Tertinggal (IDT).
Selanjutnya, ada tiga program yang
dilakukan untuk menanggulangi kemiskinan, program-program ini langsung
ditujukan kepada penduduk miskin, yakni:
1) Menyediakan kebutuhan pokok untuk
keluarga miskin.
2) Mengembangkan sistem jaminan sosial.
3) Mengembangkan budaya masyarakat
miskin.
b. Keterbelakangan
Secara umum, keterbelakangan yang
diderita Indonesia meliputi rendahnya tingkat pendidikan, tingkat keterampilan,
pemilikan modal, efisiensi dan efektivitas kerja, tingkat manajemen, dan kurang
tersedianya infrastruktur. Semua faktor tersebut memiliki hubungan sebab akibat
satu sama lain yang membentuk lingkaran setan kemiskinan (vicious circle)
Adapun keterbelakangan di bidang ekonomi tampak dari rendahnya pendapatan per
kapita, tingkat spesialisasi (pembagian kerja), penggunaan uang giral per
kapita serta masih sempitnya pasar.
c. Lapangan Kerja
Jumlah pengangguran di Indonesia
diupayakan terus berkurang dengan memperluas lapangan kerja. Akan tetapi,
krisis ekonomi tahun 1997 semakin menambah jumlah pengangguran di Indonesia
hingga mencapai 37,5 juta jiwa. Ditambah lagi dengan masih rendahnya kualitas
angkatan kerja Indonesia; kurang lebih 64% dari angkatan kerja Indonesia memiliki
pendidikan SD ke bawah.
Untuk mengatasi masalah di atas,
pemerintah melakukan strategi kebijakan ketenagakerjaan yang meliputi:
1) Menciptakan lapangan kerja yang
sesuai dengan kebijakan ekonomi makro.
2) Meningkatkan kompetensi dan
kemandirian tenaga kerja melalui pendidikan dan pelatihan.
3) Meningkatkan kesejahteraan tenaga
kerja dengan menetapkan system pengupahan dan penjaminan kesejahteraan.
4) Meningkatkan perlindungan bagi pekerja.
5) Menata kembali sistem pelatihan,
penempatan, pemantauan dan perlindungan TKI yang bekerja di luar negeri.
d. Pemerataan Pembangunan
Untuk memeratakan pembangunan, harus
dilihat komposisi penduduk dan wilayah Indonesia. Karena, sebagian besar penduduk
Indonesia tinggal di pedesaan dan daerah (bukan di ibukota) maka pembangunan
harus lebih banyak diarahkan ke pedesaan dan daerah. Selain itu, dalam
melakukan pembangunan pemerintah juga berpedoman pada “delapan jalur
pemerataan”, yakni:
1) Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok
terutama sandang, pangan dan papan.
2) Pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan dan pelayanan kesehatan.
3) Pemerataan pembagian pendapatan.
4) Pemerataan kesempatan kerja.
5) Pemerataan kesempatan berusaha.
6) Pemerataan kesempatan berpartisipasi
dalam pembangunan, khususnya bagi generasi muda dan wanita.
7) Pemerataan penyebaran pembangunan ke
seluruh wilayah tanah air.
8) Pemerataan kesempatan memperoleh
keadilan.
Dengan melihat delapan jalur pemerataan
di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa pembangunan ekonomi di Indonesia tidak
hanya ditujukan pada pencapaian pendapatan per kapita yang tinggi dalam jangka
panjang. Akan tetapi, pemerintah juga mengusahakan pemerataan pembangunan pada
seluruh aspek kehidupan seperti yang tampak pada delapan jalur pemerataan di
atas. Karena, pencapaian pendapatan per kapita yang tinggi belum menjamin telah
tercapainya pemerataan kesejahteraan, sebab pendapatan per kapita hanya
merupakan angka rata-rata.
MASALAH
PEMMBANGUNAN MANUSIA
Masalah Kependudukan
Permasalahan pertumbuhan penduduk bukan
hanya masalah KUANTITAS, tapi juga terkait dengan masalah KESEJAHTERAAN
penduduk.
Dampak pertumbuhan penduduk yang tinggi:
suplai bahan pangan, kendala bagi pengembangan tabungan, cadangan devisa dan
SDM.
Pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat
memperlambat pembangunan (Meier, 1995) karena:
Mempersulit pilihan antara meningkatkan konsumsi saat ini dan investasi yang dibutuhkan untuk membuat konsusmsi di masa yang akan datang
Mempersulit pilihan antara meningkatkan konsumsi saat ini dan investasi yang dibutuhkan untuk membuat konsusmsi di masa yang akan datang
Mengancam keseimbangan antara sumberdaya
alam yang langka dengan penduduk
Pertumbuhan penduduk yang cepat membuat
semakin sulit melakukan perubahan ekonomi dan sosial.
Masalah Pengangguran
Pengangguran Terbuka: seluruh angkatan
kerja yang mencari pekerjaan, baik yang mencari pekerjaan pertama kali maupun
yang pernah bekerja sebelumnya.
Setengah Penganguran: pekerja yang masih
mencari pekerjaan penuh atau sambilan dan mereka bekerja dengan jam kerja
rendah namun masih mau menerima pekerjaan.
Setengah pengangguran parah: pekerja
yang termasuk setengah menganggur dengan jam kerja kurang dari 25 jam/minggu
Masalah Wanita
Disparitas atau ketidaksetaraan gender
antara laki-laki dan perempuan terjadi akibat adanya asumsi bahwa kaum
perempuan dianggap lemah dan tidak mampu melakukan pekerjaan yang dikerjakan
oleh kaum laki-laki.
Disparitas Gender terjadi hampir di
seluruh Negara tidak terkecuali di Indonesia.
Krisis ekonomi tahun 1997 di Indonesia memicu
kaum perempuan juga harus menghidupi keluarga dengan berbagai pekerjaan karena
pada masa itu banyak terjadi PHK dan jumlah pengangguran meningkat.
Dari data yang ada tercatat tidak kurang
dari 6 juta rumah tangga dikepalai kaum perempuan (kompas,2004). Artinya,pada
dasarnya jutaan perempuan telah melakukan praktik kemandirian ekonomi.
Kondisi tersebut terjadi akibat
kebanyakan pria sebagai suami menjadi korban PHK yang kemudian sulit menerima
pekerjaan apa adanya terutama yang lebih rendah dari pekerjaan sebelumnya.
Harus diakui bahwa pada kenyataannya
kaum wanita justru banyak berperan dalam perekonomian namun sebagian besar
memang masih berada pada sector mikro yang bersifat informal (tidak berbadan
hukum).
BAB IX
MASALAH DUALISE PEMBANGUNAN
Masalah
Dualisme Pembangunan
KONSEP
DUALISME
Dualisme merupakan suatu konsep yang
sering dibicarakan dalam ekonomi pembangunan,terutama jika kita membicarakan
kondisi sosial ekonomi NSB.
Konsep dulaisme memiliki 4 unsur pokok,yaitu:
1.
Dua keadaan yang berbeda dimana sebagian bersifat superior dan lainya
bersifat inferior yang bisa hidup berdampingan pada ruang dan waktu yang sama.
2.
Keadaan hidup berdampingan itu bersifat kronis dan bukan transisional.
3.
Derajat superioritas atau
inferioritas itu tidak menunjukan kecenderungan yang menurun,bahkan terus
meningkat.
4.
Keterkaitan antara unsur superior dan unsur inferior tersebut menunjukan
bahwa keberadaan unsur superior tersebut hanya berpengaruh kecil sekali atau
bahkan tidak berpengaruh dalam mengangkat derajat unsur inferior.
DUALISME
SOSIAL
Merupakan temuan peneitian dari seorang
ekonom Belanda J.H.Boeke,tentang sebab kegagalan dari kebijakasanaan ekonomi
kolonial Belanda di Indonesia.
Berbicara mengenai konsep dualismenya
sendiri,Boeke mengawali penjelasannya dengan mengatakan bahwa dalam arti
ekonomi masyarakat memiliki tiga ciri yaitu semangat sosial,bentuk
organisasi,dan teknologi yang mendominasinya.
Secara khusus Mackie (1981) dengan tegas
mengatakan bahwa teori dualisme (Boeke) tidak membantu,bahkan menghambat usaha
mempelajari perekonomian di Indonesia.
DUALISME
EKOLOGIS
Pada tahun 1963 Clifford Geertz
mengenalkan dualisme ekologis. MenurutGeertz, dualisme ditandai oleh
perbedaan-perbedaan dalam sistem ekologis.Setiap sistem ekologis tersebut
menggambarkan pola-pola sosial dan ekonomi tertentu yang menyatu di dalamnya
dan membentuk suatu keseimbangan internal.
DUALISME
TEKNOLOGI
Dualisme teknologi adalah suatu keadaan
di mana di dalam suatukegiatan ekonomi tertentu digunakan teknik produksi dan
organisasi produksi yang modern yang sangat berbeda dengan kegiatan ekonomi
lainnya dan pada akhirnya akan mengakibatkan timbulnya perbedaan tingkat
DUALISME
KEUANGAN
Pada awalnya kegiatan lembaga keuangan
bertujuan untuk menyediakan pinjaman-pinjaman kepada
perusahaan-perusahaan,setelah NSB mencapai kemerdekaan pemerintah mengadakan
berbagai usaha yang bersifat mendorong lembaga keuangan untuk memberikan
pinjaman pada sektor lainnya,terutama pada sektor industri dan sektor pertanian
rakyat.
DUALISME
REGIONAL
Dualisme Regional adalah
ketidakseimbangan tingkat pembangunan antar berbagai daerah dalam negara maju
dan NSB.Dualisme regional ini dapat mengakibatkan bertambah lebarnya
kesenjangan tingkat kesejahteraan antara berbagai daerah.
Dualisme regional di NSB dapat dibedakan
menjadi dua jenis,yaitu:
1.
Dualisme antar daerah perkotaan dan pedesaan
2.
Dualisme antara pusat negara,pusat industri dan perdagangan dengan
daerah lain dalam negara tersebut.
PENGARUH
DUALISME PADA PEMBANGUNAN
Berbagai corak hambatan yang timbul
sebagai akibat dari adanya sifat-sifat dualisme dalam perekonomian yang
perkembangannya masih belum begitu tinggi bersumber dari adanya pengaruh yang
masih sangat kuat dari sektor tradisional terhadap kehidupan seluruh masyarakat
dan kegiatan perekonomian.
Dalam suatu masyarakat tradisional pada
umumnya terdapat sifat-sifat berikut:
1.
Tarap pendidikan masyarakatnya masih sangat rendah.
2.
Cara hidup dan berfikir masyarakatnya masih sangat dipengaruhi oleh
nilai-nilai agama.
3.
Sisa-sisa feodalisme masih sangat dirasakan dalam hubungan sosial di
antara berbagai golongan masyarakat.
BAB X
PEMBANGUNAN DAERAH
PENGERTIAN
PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH
Adalah suatu proses di mana
pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada
dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor
swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan
kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut.
Masalah pokok dalam pembangunan daerah
adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang
didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development)
dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya
fisik secara local (daerah). Orientasi ini bertujuan untuk menciptakan
kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi. Pembangunan
ekonomi daerah adalah suatu proses. Yaitu proses yang mencakup untuk
pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif,
perbaikan kapasitas tenaga kerja untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih
baik, identifikasi pasar-pasar ilmu
pengetahuan, dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru.
Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah
mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk
masyarakat daerah, dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah
daerah dan masyarakatnya harus secara bersarna-sama mengambil inisiatif
pembangunan daerah. Oleh karena itu pemerintah daerah beserta partisipasi
masyarakatnya dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang ada harus mampu
menaksir potensi sumberdaya-sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan
membangunan perekonomian daerah.
TEORI
PERTUMBUHAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH
Saat ini tidak ada suatu teori pun yang
mampu untuk menjelaskan pembangunan ekonomi daerah secara komprehensif. Namun
ada beberapa teori yang secara parsial yang bisa membantu kita untuk memahami
arti penting pembangunan ekonomi daerah. Inti dari teori-teori tersebut
berkisar pada dua hal, yaitu pembahasan yang berkisar tentang metoda dalam
menganalisis perekonomian suatu daerah clan teori-teori yang membahas tentang
faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi suatu daerah tertentu.
Pengembangan metoda yang menganalisis
perekonomian suatu daerah penting sekali
kegunaannya untuk mengumpulkan data tentang
perekonomian daerah serta proses pertumbuhannya, yang kemudian dapat
dipakai sebagai pedoman untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil untuk mempercepat laju
pertumbuhan yang ada.
Namun di pihak lain harus diakui,
menganalisis perekonomian suatu daerah sangat sulit karena:
1.
Data tentang daerah sangat
terbatas terutama kalau daerah dibedakan
berdasarkan pengertian daerah nodal. Dengan data yang sangat terbatas sangat
sukar untuk menggunakan metoda yang telah dikembangkan dalam memberikan
gambaran mengenai perekonomian suatu daerah.
2.
Data yang tersedia umumnya tidak sesuai dengan data yang dibutuhkan
untuk analisis daerah, karena data yang terkumpul biasanya ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan analisis perekonomian secara nasional.
3.
Data tentang perekonomian daerah sangat sukar dikumpulkan, sebab
perekonomian daerah lebih terbuka dibandingkan dengan perekonomian nasional.
Hal tersebut menyebabkan data tentang aliran-aliran yang masuk dan keluar dari
suatu daerah sukar diperoleh.
4.
Bagi NSB, di samping kekurangan data sebagai kenyataan yang umum, data
yang ada yang terbatas itu pun banyak yang sulit untuk dipercaya, sehingga
menimbulkan kesulitan untuk melakukan analisis yang memadai tentang keadaan
perekonomian suatu daerah.
a.
Teori Ekonomi Neo Klasik
Peranan teori ekonomi ini tidak terlalu
besar dalam menganalisis pembangunan daerah (regional) karena teori ini tidak
memiliki dimensi spasial yang signifikan. Namun demikian, teori ini memberikan
2 konsep pokok yaitu keseimbangan (equilibrium) dan mobilitas faktor produksi.
Artinya, sistem perekonomian akan
mencapai keseimbangan alamiahnya jika modal bisa mengalir tanpa
restriksi(pembatasan). Oleh karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang
berupah tinggi menuju ke daerah yang berupah rendah.
b.
Teori Basis Ekonomi (Economic
Base Theory)
Teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa
faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan
langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah.
Strategi pembangunan daerah yang muncul
yang didasarkan pada teori ini adalah penekanan terhadap arti penting bantuan
(aid) kepada dunia usaha yang mempunyai pasar secara nasional maupun
internasional.
Kelemahan model ini adalah bahwa model
ini didasarkan pada permintaan eksternal bukan internal. Pada akhirnya akan
menyebabkan ketergantungan yang sangat tinggi terhadap kekuatan-kekuatan pasar
secara nasional maupun global. Namun demikian, model ini sangat berguna untuk
menentukan keseimbangan antara jenis-jenis industri dan sektor yang dibutuhkan
masyarakat untuk mengembangkan stabilitas ekonomi.
c.
Teori Lokasi
Pengertian teori lokasi adalah ilmu yang
menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang
menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta
hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha
atau kegiatan lain baik ekonomi maupun social.
Keterbatasan dari teori lokasi ini pada
saat sekarang adalah bahwa teknologi dan komunikasi modern telah mengubah
signifikansi suatu lokasi tertentu dalam kegiatan produksi dan distribusi
barang.
d.
Teori Tempat Sentral
Menurut teori ini, suatu lokasi pusat
aktivitas yang melayani berbagai kebutuhan penduduk yang terletak pada suatu
tempat yang disebutnya sebagai central places dan untuk wilayah sekelilingnya
dengan membentuk hierarki. Tempat sentral tersebut merupakan suatu pemukiman
yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya.
Teori tempat sentral ini bisa diterapkan
pada pembangunan ekonomi daerah, baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan.
Misalnya, perlunya melakukan pembedaan fungsi antara daerah-daerah yang
bertetangga (berbatasan). Beberapa daerah bisa menjadi wilayah penyedia jasa
sedangkan lainnya hanya sebagai daerah pemukiman.
e.
Teori Kausasi Kumulatif
Gunnar Myrdal dalam salah satu
tulisannya, Economic Theory and Underdeveloped Regions (1957). Mengungkapkan
sebuah konsep proses kausasi kumulatif. Dalam konsepnya tersebut , Mydral
menjelaskan tentang sebab-sebab dari bertambah memburuknya perbedaan dalam
tingkat pembangunan di berbagai daerah dalam suatu negara.
Jika teori Neo Klasik berkeyakinan bahwa
dalam jangka panjang, mekanisme pasar akan menciptakan suatu keseimbangan dalam
pembangunan di daerah. Namun, Myrdal tidak sependapat dengan hal itu, dia
berkeyakinan bahwa dalam proses pembangunan terdapat faktor-faktor yang akan
memperburuk perbedaam tingkat pembangunan di berbagai daerah.
f.
Model Daya Tarik (Attraction)
Teori daya tarik industri adalah model
pembangunan ekonomi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi
yang mendasarinya adalah bahwa suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi
pasarnya terhadap industrialis melalui
pemberian subsidi dan insentif.
PARADIGMA BARU TEORI PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH
Teori pembangunan yang ada sekarang ini tidak mampu untuk
menjelaskan kegiatan-kegiatan pembangunan ekonomi daerah secara
tuntas dan komprehensif. Oleh karena itu, suatu pendekatan alternatif terhadap
teori pernbangunan dirumuskan di sini untuk kepentingan perencanaan pembangunan
ekonomi daerah. Pendekatan ini merupakan sintesis dari konsep-konsep yang telah
ada. Pendekatan ini memberikan dasar bagi kerangka dan rencana tindakan yang
akan diambil dalam konteks pembangunan ekonomi daerah.
Pendekatan ini dapat disajikan pada Tabel 12.1 berikut ini:
KOMPONEN
|
KONSEP LAMA
|
KONSEP BARU
|
Kesempatan
kerja
|
Semakin banyak
perusahaan, semakin banyak peluang kerja
|
Perusahaan
harus mengembangkan pekerjaan yang sesuai dengan kondisi penduduk
|
Basis
pembangunan
|
Pengembangan
sector ekonomi
|
Pengembangan
lembaga ekonomi
|
Aset asset
lokasi
|
Keunggulan
komparatif didasarkan pada asset fisik
|
Keunggulan
kompetitive didasarkan pada kualitas lingkungan
|
Sumber daya
pengetahuan
|
Ketersediaan
angkatan kerja
|
Pengetahuan
sebagai pembangkit ekonomi
|
PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH
Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai perencanaan
untuk memperbaiki penggunaan setiap sumberdaya publik yang tersedia
di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam
menciptakan nilai sumberdaya swasta secara bertanggungjawab.
Pembangunan ekonomi yang efisien membutuhkan secara seimbang
perencanaan yang teliti mengenai penggunaan sumberdaya publik dan sektor
swasta-petani, pengusaha kecil, koperasi, pengusaha besar,
organisasi-organisasi sosial-harus mempunyai peran dalam proses perencanaan.
Melalui perencanaan pembangunan ekonomi daerah, suatu daerah dilihat secara
keseluruhan sebagai suatu unit ekonomi (economic entity) yang di
dalamnya terdapat berbagai unsur yang berinteraksi satu sama lain.
Setelah para ahli, terutama para ekonom, menyadari bahwa mekanisme pasar
tak akan mampu menciptakan penyesuaian dengan cepat kalau terjadi perubahan,
serta tidak mampu menciptakan laju pembangunan yang cepat terutama di
NSB, mereka mulai sadar bahwa campur tangan pemerintah tetap diperlukan,
apabila ingin mencapai proses pembangunan yanq lebih cepat Pentingnya campur
tangan pemerintah, terutama dalam pembangunan daerah, dimaksudkan untuk
mencegah akihat-akibat buruk dari mekanisme pasar terhadap pemakmuran daerah
serta menjaga agar pembangunan dan hasil-hasilnya dapat dinikmati berbagai
daerah yang ada. Tentu timbul pertanyaan: sampai sejauh mana campur tangan
tersebut?
Keadaan sosial ekonomi yang berbeda dari setiap daerah akan membawa
implikasi bahwa cakupan campur tangan pemerintah untuk tiap daerah berbeda
pula. Perbedaan tingkat pembangunan antar daerah, mengakibatkan perbedaan
tingkat kesejahteraan antar daerah, dan kalau hal ini dibiarkan dapat menimbulkan
dampak yang kurang menguntungkan bagi suatu negara. Gagasanini timbul setelah
melihat kenyataan bahwa, kalau perkembangan ekonomi diserahkan pada kekuatan
mekanisme pasar, biasanya cenderung untuk memperbesar dan bukannya
memperkecil ketidak merataan antardaerah, karena kegiatan ekonomi akan menumpuk
di tempat-tempat dan daerah tertentu, sedangkan tempat-tempat atau daerah
lainnya akan semakin ketinggalan. Memusatnya ekspansi ekonomi di suatu daerah
disebabkan berbagai hal, misalnya kondisi dansituasi alamiah yang ada, letak
georafis, dan sebagainya. Ekspansi ekonomi daerah akan mernpunyai pengaruh yang
merugikan bagi daerah-daerah lain, karena tenaga kerja yang ada, modal,
perdagangan akan pindah ke daerah yang melakukan ekspansi tersebut khususnya migrasi
tenaga kerja, biasanya bersifat selektif, akibatnya migrasiitu sendiri pun
cenderung untuk menguntungkan daerah-daerah yang sedang mengalami ekspansi,
ekonorni tersebut dan merugikan daerah-daerah lain.
Di daerah-daerah yang sedang berkembang, permintaan barang/jasa akan
mendorong naiknya investasi, yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan.
Sebaliknya di daerah-daerah yang kurang berkembang, permintaan akan investasi
rendah karena pendapatan rnasyarakat yang rendah Sernua perubahan
untuk daerah-daerah yang dirugikan yang timbui karena adanya ekspansi ekonomi
dad suatu daerah disebut backwash effectoleh Myrdal(1957).
Keuntungan bagi daerah--daerah di sekitar di mana ekspansi
ekonomi terjadi; misalnya terjualnya hasil produksi daerah, adanya kesempatan
kerja baru, dan sebagainya. Pengaruh yang menguntungkan karena adanya ekspansi
ekonomi suatu daerah ke daerah sekitarnya dinamakan spread effects.
Andaikata spread effect sini lebih besar dibandingkan
dengan backwash effects tentu tidak menjadi masalah. Namun
kenyataannya di daerah-daerah miskin, spread effectyang terjadi jauh
lebih kecil daripada back wash effects yang dialami sehingga secara
keseluruhan ekspansi ekonomi daerah kaya akan memperlambat pembangunan daerah
miskin. Akibatnya tentu dapat diduga bahwa jurang kesejahteraan antara kedua
daerah tersebut akan semakin melebar.
Sesuai dengan pendapat Myrdal di atas, Hirschman (1958) juga
mengemukakan bahwa jika suatu daerah mengalami perkembangan, maka perkembangan
itu akan membawa pengaruh atau imbas ke daerah lain. Menurut Hirschman, daerah
di suatu negara dapat dibedakan menjadi daerah kaya dan miskin. Jika perbedaan
antara kedua daerah tersebut semakin menyempit berarti terjadi imbas yang baik
(trickling down effects).Sedangkan jika perbedaan antara kedua daerah
tersebut semakin jauh berarti terjadi proses pengkutuban (polarization
effects).
Memperhatikan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa kalau proses
perekonomian diserahkan kepada mekanisme pasar akan membawa akibat-akibat yang
kurang menguntungkan baik bagi daerah-daerah terbelakang maupun daerah-daerah
maju dan pada akhirnya justru dapat mengganggu kestabilan ekonomi negara secara
keseluruhan.
Akibat-akibat yang kurang menguntungkan bagi daerah-daerah miskirn
adalah:
1. Daerah-daerah miskin tersebut akan
mengalami kesulitan dalam membangun sektor industrinya dan dalam memperluas
kesempatan kerja Penduduk akan berkembang lebih cepat, sehingga
pendapatan per kapita penduduk akan sernakin rendah dan kemudian akan diikuti
dengan semakin banyaknya pengangguran.
2. Daerah-daerah miskin tersebut akan
sulit merubah struktur ekonominya yang tradisional, sehingga senantiasa akan
bias ke arah pertanian. sedang untuk membangun sektar industry
dihadapi banyak kesulitan, seperti kurangnya pengusaha yang kreatif clan
kurangnya tenaga terampil.
3. Karena sempitnya kesempatan kerja
di daerah miskin tersebut maka akan terjadi perpindahan tenaga kerja
ke daerah maju, terutama tenaga kerja yang masih muda, yang berjiwa dinamis,
clan yang mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga yang tetap tinggal di
daerah miskin hanya tenaga kerja yang produktivitasnya rendah.
Di pihak lain, daerah-daerah maju pada mulanya memang akan menikmati
banyak keuntungan dari ekspansi ekonominya, namun pada akhirnya akan mengalami
kesulitan-kesulitan juga antara lain:
1. Karena daerah tersebut harus
menampung penduduk dari daerah-daerah miskin, lama kelamaan daerah
kaya tersebut akan menjadi terlalu padat (congesteo, yang memaksa pemerintah
setempat untuk memperbesar pengeluaran untuk menciptakan sarana publik yang
dibutuhkan masyarakat
2. Daerah-daerah ini akan menghadapi
masalah-masalah sosial sebagai akibat dari perkembangannya, seperti masalah
polusi, kerawanan keamanan, dan sebagainya.
Bagi negara secara keseluruhan, perbedaan tingkat perkembangan daerah
akan mengakibatkan perbedaan tingkat kemakmuran dalam masyarakat. Keadaan
seperti itu dapat menimbulkan rasa ketidakpuasan antar daerah, yang tidak
jarang akan mengarah pada ketidak stabilan politik bagi negara. Ketidak
stabilan politik akan sangat merugikan terutama dalam jangka panjang. Oleh
karena itu pemerintah perlu mengambil kebijaksanaan tertentu yang dapat
mendorong pembangunan daerah-daerah miskin.
Berkenaan campur tangan pemerintah (baca: perencanaan) untuk mendorong
perkembangan daerah-daerah miskin sampai pada saat ini masih ada dua
pendapat yang saling bertentangan, dalam arti ada yang setuju dan ada yang
menentang. Alasan dari kelompok yang kurang setuju atau menolak
campur tangan pemerintah terhadap pembangunan daerah adalah :
1. Kelompok ini masih tetap percaya
bahwa mekanisme pasar akan mampu menciptakan perkembangan yang harmonis antar
daerah
2. Campur tangan pemerintah justru
akan mempengaruhi efisiensi ekonomi apabila ditinjau secara keruangan clan
kewilayahan. Sebab dengan usaha membangun daerah terbelakang akan mengorbankan
potensi pembangunan yang lebih besar yang justru banyak terdapat di daerah
maju. Untuk membangun daerah terbelakang pemerintah harus membelanjakan uang
yang jumlahnya cukup banyak untuk membiayai pembangunan prasarana di daerah
Tindakan seperti itu merupakan penghamburan dana pembangunan dan sekaligus
menghambat pembangunan, karena sebenarnya dengan dana tersebutdapat dilakukan
pembangunan yang iebih baik jika dana itu digunakanuntuk membangun
daerah-daerah yang sudah maju yang sudah didukung oleh tersedianya sarana dan
prasarana yang lebih baik dan lebih banyak sehingga dana yang ada tidak
digunakan secara efisien dan optimal.
3. Tindakan seperti itu dianggap
seperti "membantu yang gagal dan menghukum yang sukses" Artinya
supaya pengusaha-pengusaha mau mendirikan usahanya di daerah terbelakang,
pemerintah harus memberikan banyak bantuan dan fasilitas, mengingat daya tarik
daerah yang masih rendah, tingkat keuntungan yang masih rendah dan harus
membiayai pembangunan berbagai prasarana yang dibutuhkan. Dana yang dipakai
tersebut sebetulnya akan dapat memberikan hasil yang lebih banyak, jika dana
itu diberikan kepada daerah-daerah maju.
Di pihak lain kelompok yang setuju dengan campur tangan pemerintah dalam
pembangunan daerah mengemukakan pendapat-pendapat yang rnendukung gagasan
mereka, yakni:
1. Bila perekonomian dikendalikan
oleh mekanisme pasar, akan timbul keadaan yang menghambat perkembangan ekonomi
di daerah yangterbelakang dengan akibat, keseluruhan wilayah negara tidak
berkembangsecara harmonis.
2. Dalam mekanisme pasar keputusan
tentang lokasi kegiatan ekonomi lebih banyak didasarkan pada metode coba-coba
(trial and error). Pengusaha tidak selalu mengetahui keadaan pasar yang
sebenarnya, sehingga tidak semua keputusan yang diambil merupakan keputusan
yang tepat dan efisien. Secara teoritis akhirnya akan dapat diambil keputusan
yangtepat akan tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama. Dengan kata
lainmekanisme pasar belum tentu pada akhirnya menciptakan efisiensi yang yang
optimal dalam menentukan kegiatan ekonomi.
3. Campur tangan pemerintah sangat
dibutuhkan oleh daerah-daerah yang baru berkembang, mengingat efisiensi
kegiatan ekonomi rnasih rendah, sehingga kurang sanggup bersaing dengan
daerah-daerah yang sudah maju. Namun sifatnya sementara, jika daerah tersebut
sudah dapat berkembang clan bekerja secara efisien, diharapkan akan mengembangkan
diri dengan baik tanpa bantuan dari pemerintah.
4. Menghemat pengeluaran pemerintah
untuk pembangunan daerah di masa yang akan datang. Proses pembangunan yang
sedang berjalan di suatu daerah sebagai akibat adanya campur tangan pemerintah,
akan mendorong pembangunan daerah sekitar. Dengan demikian mendorong adanya
ekspansi kegiatan ekonomi pada berbagai daerah pada waktu yang bersamaan.
Tindakan seperti itu di samping membantu pembangunan daerah yang
terbelakang, sekaligus dapat menghindari permasalahan yang dihadapi oleh
daerah-daerah yang sudah maju.
5. Mengingat tujuan pembangunan bukan
hanya semata mata bersifat ekonomi, tetapi juga bersifat sosial
politik. Jika kegiatan ekonomi hanya berpusat pada satu daerah, akan
membawa masalah yang cukup rumit. Daerah yang bersangkutan akan
mengalami kesesakan yang dapat menimbulkan banyak masalah, terutama masalah
sosial. Untuk menanggulangi masalah tersebut pemerintah harus mengeluarkan
biaya yang cukup besar. Permasalahan di atas akan dapat diatasi jika
proses pembangunan tidak terpusat hanya pada satu daerah, melainkan tersebar ke
seluruh daerah. Pembangunan daerah yang miskin dapat mengurangi kecepatan
perkembangan di daerah-daerah maju, dengan akibat dapat mengurangi
masalah-masalah sosial yang akan dihadapi di kemudian hari.
Pernbangunan daerah di samping dapat mempertahankan dan melestarikan kebudayaan
daerah, di pihak lain karena penduduk tidak lari ke daerah-daerah lain, mereka
dapat mengembangkan kebudayaan yang ada.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulanbahwa campur tangan
pemerintah (perencanaan) untuk pembangunan daerah-daerah mempunyai manfaat yang
sangat tinggi, di samping mencegah jurang kemakmuran antar daerah, melestarikan
kebudayaan setempat, dapat juga menghindarkan perasaan tidak puas masyarakat.
Kalau masyarakat sudah tenteram, dapat membantu terciptanya kestabilan dalam
masyarakat terutama kestabilan politik, padahal kestabilan dalam masyarakat
merupakan syarat mutlak jika suatu negara hendak mengadakan pembangunan negara
secara mantap.
Tahap-tahap Perencanaan Pembangunan Daerah
Menurut Blakely (1989) ada 6 tahap dalam proses perencanaan pembangunan
ekonomi daerah seperti yang disajikan pada Bagan 12.2 berikut ini:
TAHAP
|
TUGAS
|
1
|
PENGUMPULAN
DAN ANALISIS DATA
· Penentuan
basis ekonomi
· Analisis
struktur tenaga kerja
· Evaluasi
peluang dan kendala pembangunan
|
2
|
PEMILIHAN
STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH
· Penentuan
tujuan dan kriteria
· Penentuan
kemungkinan tindakan
· Penyusunan
strategi
|
3
|
PEMILIHAN
PROYEK PROYEK PEMBANGUNAN
· Identifikasi
proyek
· Penilaian
viabilitas proyek
|
4
|
PEMBUATAN
RENCANA TINDAKAN
· Prapenilaian
hasil proyek
· Pengembangan
input proyek
· Penentuan
alternatif sumber pembiayaan
· Identifikasi
struktur proyek
|
5
|
PENENTUAN
RINCIAN PROYEK
· Pelaksanaan
studi kelayakan secara rinci
· Penyiapan
rencana usaha (business plan)
· Pengembangan,
monitoring, dan pengevaluasian progam
|
6
6
|
PERSIAPAN
PERENCANAAN SECARA KESELURUHAN DAN IMPLEMENTASI
· Penyiapan
skedul implementasi rencana proyek
· Penyusunan
progam pembangunan secara keseluruhan
· Targeting
dan marketing aset-aset masyarakat
· Pemasaran
kebutuhan keuangan
|
Sementara itu, Bendavid-Val (1991) menyajikan suatu model tahap-tahap
perencanaan yang sedikit agak berbeda dengan skema di atas Seperti
ditunjukkan pada Gambar 12.1 terdapat 3 hal yang menarik :
1. Pengumpulan dan analisis data
bukan merupakan suatutahap dalam proses perencanaan secara keseliirrihan,
tetapi secara terus menerus berfungsi mendukung dar rrenyediakan informasi pada
setiap tahap perencanaan.
2. Semua tahap riaiam proses
perencanaan merupakan bagian dari siklus di mana tujuan-tujuan secara periodik
ditinjau kembali, sasaran-sasaran dirumuskan kembali, dan seterusnya .
3. Suatu rencana yang sudah
disosialisasikan bukanlah merupakan akhir dari suatu proses, tetapi
sesuatu yang dihasilkan dari waktu ke waktu untuk kepentingan-kepentingan
praktis
Sistem Informasi Perencanaan (Pengumpulan dan Analisis Data) seyogyanya
mencakup 5 bidang utama:
1. Evaluasi siklus perencanaan
sebelumnya.
2. Kinerja dari proyek-proyek
pembangunan sebelumnya yang dilakukan di daerah tersebut dan daerah-daerah
sejenis lainnya.
3. Penaksiran sumberdaya-sumberdaya
pembangunan di luar daerah, tetapi tersedia danpotensial untuk tersedia (dana
publik atau swasta yang dapat diinvestasikan pada bidang yang
diinginkan oleh pembangunan ekonomi daerah, bakat-bakat khusus atau kapabilitas
individual clan lembaga-lembaga yang dapat ditarik, clan sebagainya).
4. Karakteristik clan dinamika
kondisi daerah, khusunya data perekonomian, infrastruktur, karakteristik fisik
dan sosial, sumberdaya, dan institusi, dan sebagainya.
5. Keterkaitan antara kondisi daerah
dengan daerah-daerah lainnya
PERAN
PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN DAERAH
Tahap pertama perencanaan bagi setiap
organisasi yang tertarik dalam pembangunan ekonomi daerah adalah menentukan
peran (role) yang akan dilakukan dalam
proses pembangunan. Ada 4 peran yang dapat diambil oleh pemerintah daerah dalam
proses pembangunan ekonomi daerah, yaitu sebagai entrepreneur, koordinator,
fasilitator, dan stimulator.
Dengan Perannya sebagai entrepreneur,
pemerintah daerah bertanggungjawab untuk menjalankan suatu usaha bisnis.
Pemerintah daerah bisa mengembangkan suatu usaha sendiri (BUMD). Aset-aset
pemerintah daerah harus dapat dikelola dengan lebih baik sehingga secara
ekonomis menguntungkan.
1.
Entrepreneur
Pemerintah daerah bertanggungjawab untuk
menjalankan suatu usaha bisnis seperti BUMD yang harus dikelola lebih baik
sehingga secara ekonomis menguntungkan.
2.
Koordinator
Untuk menetapkan kebijakan atau
mengusulkan strategi-strategi bagi pembangunan didaerahnya. Dalam perannya
sebagian koordinator, pemerintah daerah bisa juga melibatkan lembaga-lembaga
pemerintah lainnya, dunia usaha dan masyarakat dalam penyusunan sasaran-sasaran
konsistensi pembangunan daerah dengan nasional (pusat) dan menjamin bahwa
perekonomian daerah akan mendapatkan manfaat yang maksimum daripadanya.
3.
Fasilitator
Pemerintah daerah dapat mempercepat
pembangunan melalui perbaikan lingkungan didaerahnya, hal ini akan mempercepat
proses pembangunan dan prosedur perencanaan serta pengaturan penetapan daerah
(zoning) yang lebih baik.
4.
Stimulator
Pemerintah daerah dapat menstumulasi
penciptaan dan pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang akan
mempengaruhi perusahaan-perusahaan untuk masuk ke daerah tersebut dan menjaga
agar perusahaan yang telah ada tetap berada di daerah tersebut.
BAB XI
KRISIS UTANG INTERNASIONAL
KARAKTERISTIK
DAN PEMBENTUKAN UTANG
Bagian ini berisi uraian tentang Utang
Luar Negeri, yang selama ini di anggap sebagai teror bagi negara kita. Beban
utang yang menumpuk dalam waktu yang relatif singkat selama 2 tahun terakhir
sejak terjadinya krisis adalah biaya yang harus di bayar sebagai akibat
pengelolaan ekonomi yang centang selama kepemimpinan orde baru dan di tambah
lagi proses pemulihan ekonomi yang tidak komprehensif dan konsisten. Pada masa
orde baru , perekonomian dibangun atas dasar prinsip “lebih besar pasak dari
pada tiang”. Keadaan ini ditandai oleh konsumsi yang sangat besar dari pada
produksi serta impor barang dan jasa yang lebih besar dari pada ekspor barang
dan jasa. Lebih parah lagi kesenjangan produksi-konsumsi dan ekspor-impor kian
lama kian membesar. Hal ini tercermin dari savings-invesment gap yang semakin
membengkak. Ada beberapa sebab mengapa laju pertumbuhan ekspor sangat lambat di
bandingkan impor, yaitu:
1. High
Cost economy, karena berbaagai macam biaya yang seharusnya tidak perlu d
keluarkan. Karena, deregulasi ekonomi yang tidak di jalankan sepenuh hati serta
struktur pasar yang tidak kompetitif dan cenderung protektif.
2. Capital
Inflow, yaitu dengan mengudang arus modal masuk dari luar negeri bagi
negara-negar yang terkena krisis baik dalam bentuk utang maupun penanaman modal
asing. Arus modal masuk ini pada awalnya sebetulnya di tunjukkan sebagai
stimulan agar perekonomian lebih produktif sehingga lambat laun terbebas dari
kondisi lebih besar pasak dari pada tiang . namun, pengelolaan dana-dana asing
yang tidak tepat mengantarkan bangsa ini pada krisis ekonomi yang dalam dan berkepanjangan
sampai sekarang.
Dalam jangka pendek, utang luar negeri
sangat membantu pemerintah Indonesia dalam upaya menutup defisit anggaran
pendapatan dan belanja negara, akibat pembiayaan pengeluaran rutin dan
pengeluaran pembangunan yang cukup besar. Dengan demikian, laju pertumbuhan
ekonomi dapat dipacu sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tetapi dalam jangka panjang, ternyata
utang luar negeri pemerintah tersebut dapat menimbulkan berbagai persoalan
ekonomi di Indonesia. Pada masa krisis ekonomi, utang luar negeri Indonesia,
termasuk utang luar negeri pemerintah, telah meningkat drastis dalam hitungan
rupiah. Sehingga, menyebabkan pemerintah Indonesia harus menambah utang luar
negeri yang baru untuk membayar utang luar negeri yang lama yang telah jatuh
tempo. Akumulasi utang luar negeri dan bunganya tersebut akan dibayar melalui
APBN RI dengan cara mencicilnya pada tiap tahun anggaran. Hal ini menyebabkan
berkurangnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat pada masa mendatang, sehingga
jelas akan membebani masyarakat, khususnya para wajib pajak di Indonesia.
PENYEBAB
TIMBULNYA KRISIS UTANG
Sejak krisis ULN dunia pada awal
1980-an, masalah ULN yang di alami banyak NB tidak semakin baik. Banyak NB
semakin terjerumus ke dalam krisis ULN sampai negara-negara pengutang besar
terpaksa melakukan progam-progam penyesuain strukturakl terhadap ekonomi mereka
atas desakan dari Bank dunia dan moneter internasional(IMF), sebagai syarat
utama untuk mendapatkan pinjaman baru atau pengurangan terhadap pinjaman
lama(Tambunan, 2001)..
Tingginya Uln dari banyak NB disebabkan
terutama oleh 3 jenis defisit yaitu :
1. Defisit
transaksi berjalan atau TB atau disebut juga dengan trade gap yaitu ekspor
lebih sedikit dari pada impor
2. Defisit
investasi atau IS gap yakni dana yang dibutuhkan untuk membiayai investasi
disalam negeri lebih besar dari pada tabunghan nasional atau domestik dan
3. Defisit
fiskal
Dari faktor-faktor tersebut, defisit TB
sering disebut didalam literatur sebagai penyebab utama membengkaknya ULN dari
banyak NB. Besarnya defisit TB melebihi surplus neraca modal(CA) (kalau
saldonya memang positif) mengakibatkan defisit neraca pembayaran (BOP) yang
berarti juga cadangan devisa(CD) berkurang. Apabi8la saldo TB setiap tahun
negatif, maka CD dengan sendirinya akan habis kjika tidak ada sumber-sumber
lain(misalnya modal investasi dari luar negeri).
Dari uraian diatas, dapat dimengerti
bahwa defisit TB yang terjadi terus menerus membuat banyak NB harus tetap
bergantung pada pinjaman luar negeri (PLN), terutama negara-negara yang kondisi
ekonominya tidak menggairahkan investor-investor asing sehingga sulit bagi
negara tersebut untuk mensubstitusikan PLN dengan investasi misalnya dalam
bentuk penanaman modal asing (PMA).
Sejak pemerintrahan Orde Baru hingga
saat ini tingkat ketergantungan Indonesia pada ULN tidak pernah menyurut,
bahkan mengalami akselerasi yang pesat sejakl krisis ekonomi1997-1998 karena
periode tersebut pemerintah Indonesia terpaksa membuat utang baru dalam jumlah
yang besar dari IMF untuk membiayai pemulihan ekonomi. pda masa normal pada
maasa pemerintahan Soeharto, ULN dibutuhkan terutama untuk membiayai defisit
investasi, defisit investasi, defisit TB, dan beberapa komponen dari sisi
pengeluaran pemerintah didalam Anggran Pendapatan dan Belanja Negara(APBN).
MANAJEMEN
KRISIS UTANG
Dana Moneter Internasional (IMF), bank
komersial Amerika Serikat, dan Bank Dunia, menganggap penyebab krisis utang
(yang bermunculan di negara berkembang ) adalah kekurangan likuiditas jangka
pendek pada negara-negara debitur. Pada dasarnya mengatasi masalah utang dengan
melakukan kerja sama gabungan dalam mencari solusi masalah utang.
1. Jalan keluar melalui pengurangan
beban utang dengan pembagian beban
Kelebihan utama pendekatan ini
adalah tercakupnya konsep sekuritisasi dan instrumen inkorporasi yang dapat
mengurangi stok utang yang belum dilunasi.
2. Melakukan kerja sama
Salah satu langkah pengurangan
utang yang lebih efektif dan sekaligus menaikkan investasi dalam industri
ekspor dan industri impor yang disubstitusi.
SOLUSI
KRISIS UTANG INTERNASIONAL
Peristiwa utama sehubungan dengan utang
Negara berkembang adalah terus berlangsungnya penjadwalan ulang negara
berkembang dan munculnya pasar sekunder yang responsive bagi pinjaman. Kalau
dilihat dari skalanya, penjadwalan ualang yang terus menerus dan berkelanjutan
mengecilkan arti transaksi lainnya. Akibatnya, penjadwalan ulang member
peluang-langsung atau tidak langsung-untuk sebagian besar transaksi yang
melibatkan pinjaman.
“Pasar” yang sedang kita bicarakan itu
bukanlah kelompok investor yang tidak punya kepentingan, tidak jelas, pasif,
atau sederhana. Pasar yang dimaksud tidak lain adalah bank- bank yang paling
awal meminjamkan uang ke Negara berkembang. Bank adalah lembaga pertama yang
menyadari bahwa pelonggaran persyaratan penjadwalan ulang hanyalah permulaan
proses pengampunan utang yang terus berlangsung secara bertahap. Pendek kata,
apa pun pernyataan umum mengenai penjadwalan ulang, realitas ekonominya sudah
terjadi, yakni sejumlah besar pemberi pinjaman terdahulu telah memutuskan untuk
menjual pinjaman Negara berkembang dengan potongan besar.
Bagi kebanyakan bank, keputusan untuk
menjual asset yang buruk menggambarkan suatu revolusi dalam manajemen
portofolio. Sebelum terjadi krisis utang, bank jarang memperdagangkan asset
mereka lebih sedikit asset mereka yang buruk. Yang memungkinkan berkembangnya
pasar utang yang didiskonto adalah sangat banyak pinjaman yang sejenis. Yang
menyebabkan pasar tersebut cepat
berkembang adalah ketidaksabaran banyak bank untuk menyelesaikan masalah
utang.
BAB XII
HUTANG LUAR NEGERI DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN DI
INDONESIA
MODAL
ASING DALAM PEMBANGUNAN
Sumber dana eksternal (modal asing)
dapat dimanfaatkan untuk mempercepat investasi dan pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu diikuti oleh perbankan struktur
produksi dan perdagangan. Modal asing dapat berperan penting dalam mobilisasi
dana maupun transformasi struktural. Kebutuhan akan modal asing menjadi menurun
segera setelah perubahan struktur benar-benar terjadi.
Asumsi dasar yang melatar belakangi
hubungan positif antara modal asing dan pertumbuhan ekonomi :
a. Setiap 1$ modal asing akan
mengakibatkan kenaikan 1$ impor dan investasi.
b. Dengan asumsi ini dan ICOR yang
stabil dimungkinkan untuk menghitung dampak modal asing terhadap pertumbuhan
ekonomi atau sebaliknya menghitung berapa modal asing yang diperlukan untuk
mencapai target pertumbuhan tertentu.
MOTIVASI
NEGARA DONOR
Hutang luar negeri yang disalurkan oleh
Negara maju ke Negara yang sedang berkembang dan atau Negara miskin tidak
dilakukan atas dasar kemanusiaan, tetapi di lakukan atas dasar motivasi ekonomi
dan bahkan politik. Hutang luar negeri tidak akan disalurkan tanpa adanya
keuntungan yang diperoleh Negara pemberi hutang.
SUMBER-SUMBER
PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN INDONESIA
Sumber-sumber pembiayaan untuk
pembangunan di Indonesia antara lain berasal dari Dana Perimbangan yang
diterima oleh Indonesia khususnya daerah Khusus Ibukota dari modal asing.
Beberapa daerah yang kaya sumberdaya alam seperti Aceh, Riau, Kaltim, dan Papua
akan dapat menggunakan Dana Bagi Hasil untuk membiayai belanja pembangunannya
sedangkan bagi daerah-daerah miskin dan tidak memiliki SDA, belanja
pembangunannya masih akan tergantung pada jumlah DAU dan DAK yang diterima pada
tahun anggaran tertentu.
Dalam tahun anggaran 2001 sekitar 80
persen dari jumlah DAU digunakan untuk membayar gaji pegawai daerah, bagian DAU
untuk belanja pembangunan relatife kecil sekali jumlahnya, sehingga diperlukan
alternatife sumber pembiayaan pembangunan.
1. Penelitian Muda bidang Keuangan
Negara pada Pusat Statistik dan Penelitian Keuangan, BAF, Depkeu.
2. Ahli Penelitian Muda bidang Investasi
dan Pasar Modal.
STRUKTUR
PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
Di saat Orde Baru berkuasa banyak utang
luar negeri dibuat dengan dalih untuk membangun BUMN. Bantuan ini telah
menginjeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan cara menutup deficit anggaran
pembangunan dan deficit neraca pembayaran. Sturuktur pembiayaan pembangunan, dimana
peran bantuan luar negeri mencapai lebih dari 50 persen pada Pelita pertama dan
keempat. Kendati peranan bantuan luar negeri semakin menurun pada tahun-tahun
terakhir, namum persentase masih diatas 35 persen.
Utang luar negeri sebenarnya merupakan
alat politik. Bagi CGI, Bank Dunia, IMF, utang tidak boleh berhenti, dalam hal
ini justru yang meminjamkan yang tampak aktif. Hal ini karena bagi mereka,
utang merupakan alat untuk dapat melakukan intervensi politik. Misalnya saja
intervensi dalam penyusunan UU di negeri pengutang. Utang juga merupakan alat
untuk memenuhi kebutuhan financial lembaga-lembaga tersebut. Pernah saat
beberapa Negara tidak meminjam kepada IMF, lembaga ini terpaksa menjual
cadangan emasnya untuk operasional. Dari sini terlihat, lembaga-lembaga
tersebut membutuhkan bunga utang-utangnya untuk membiayai kegiatan
opersionalnya.
Pembangunan dengan biaya utang ternyata
tak dikelola dengan baik, banyak dikorupsi, sehingga akibatnya terjadi krisis
demi krisis yang paling parah pada tahun 1997-98. Dari sekian krisis yang
terjadi, mungkin ketimpangan menjadi hal yang paling tidak terlihat di
Indonesia.
BAB XIII
PERTUMBUHAN EKONOMI DALAM KONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
PERANAN
LINGKUNGAN DALAM PEREKONOMIAN
Pada mulanya lingkungan tidak dipertimbangkan
dalam setiap usaha pembangunan ekonomi. Lingkungan dan sumberdaya alam dianggap
sebagai karunia Tuhan, sehingga sediannya cukup berlimpah dan selalu dapat
tercipta kembali. Namun dengan semakin menggebunya pembangunan ekonomi,
khususnya di Negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia, maka semakin
banyak suberdaya alam yang diambil atau dikuras dari alam, sehingga tersedianya
semakin tipis baik itu berupa sumberdaya alam yang dapat diperbarui maupun yang
tidak dapat diperbarui.
Selanjutnya dengan berkembangnya semua
sektor dalam perekonomian, khususnya industri yang mengolah sumberdaya alam;
baik itu pertanian maupun industri pengolahan, maka dikhawatirkan pembangunan
itu sendiri suatu saat akan mengalami stagnasi karena tidak ada lagi sumberdaya
alam yang dapat digali; atau sumberdaya alam yang ada sudah semakin buruk
keadaannya. Sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi
itu, maka laju penggunaan dan pengurasan suberdaya alam selalu bersifat
eksponensial.
Untuk mengatasi itu, maka mau tidak mau
harus ada pengendalian konsumsi barang da jasa serta pengendalian laju
pertumbuhan penduduk. Konsumsi barang dan jasa ditahan jangan meningkatkan
terlalu cepat dan kegiatan produksi maupun konsumsi jangan sampai mencemari lingkungan,
sehingga fungsi utama lingkungan menjadi terganggu.
INDUSTRIALISASI
DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Dari uraian di atas tampak bahwa
pembangunan berwawasan lingkungan akan merupakan landasan bagi adanya
pembangunan berkelanjutan. Adapaun yang dimaksud dengan pembangunan
berkelanjutan yaitu sebagai pembangunan yang tidak menurunkan kapasitas
generasi yang akan datang untuk melakukan pembangunan semkipun terdapat
penyusutan cadangan suberdaya alam dan memburuknya lingkungan, tetapi keadaan
tersebutu dapat digantikan oleh sumberdaya lain baik sumberdaya manusia maupun
oleh sumberdaya kapital.
Oleh karena itu untuk menjamin adanya
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, harus dicari titik keseimbangan antara
kebijakan pembangunan dan kebijakan lingkungan, sehingga akan tercapai
kebijakan pembangunan ekonomi yang benar-benar menjamin peningkatan
keejahteraan manusia dalam jangka panjang.
INDUSTRI
DAN EKSTERNALITAS DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Adanya dampak baik positif maupun
negatif, yang timbul dan diterima oleh pihak lain sebagai akibat dari adanya
kegiatan suatu pihak atau suatu pelaku ekonomi yang dikenal sebagai
“eksternalitas”. Eksternalitas ini sering belum diperhitungkan sebagai salah
satu bagian biaya yang harus dimasukkan dalam perhitungan harga produk.
Lebih-lebih bila eksternalitas negatif itu dapat dibuang begitu saja ke dalam
alam tanpa harus melakukan pembayaran.
Namun perkembangan pada akhir-akhir ini
menunjukan bahwa banyak perusahan-perusahan besar yang terpaksa memasukkan
biaya pengolahan limbah guna mengurangi pencemaran (eksternalitas negatif
tersebut) ke dalam perhitungan biaya produksi dan sekaligus harga produk yang
dihasilkannya. Kecenderungan yang terakhir ini terjadi karena Pemerintah telah
mulai secara aktif mengeluarkan peraturan berikut sanksinya terhadap
industri-industri yang menghasilkan limbah di antaranya berupa pencabutan izin
usaha dan sankisi hukum lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar